Saat masih sekolah dulu, seperti kebanyakan anak-anak yang baru gede atau ABG sudah pasti saya juga mengalami masa pubertas dan jatuh cinta dengan kawan sekolah. Kawan sekolah yang saya taksir adalah seorang anak perempuan berwajah manis, berkulit putih dengan tinggi badan yang melebihi tinggi badan saya. Dua yang saya sebutkan barusan adalah faktor yang membuat saya jatuh hati padanya, namun faktor yang saya sebutkan belakangan adalah faktor yang membuat saya merasa minder.
Setiap pulang sekolah saya selalu berusaha untuk bisa pulang bersamanya, walau sedikitpun saya tidak pernah tahu apakah dia menyukai saya menemaninya pulang atau lebih menginginkan saya untuk segera pergi menjauh. Dan itu terus saya lakukan sampai kami tamat sekolah.
Selama masa sekolah tersebut, sedikitpun tidak ada keberanian yang saya punyai untuk mengatakan bahwa saya menyukai dia, baik mengucapkannya secara langsung maupun melalui surat seperti yang kebanyakan dilakukan oleh kawan-kawan saya yang lain. Saya terlalu takut untuk melakukan itu. Takut kalau dia marah dan akan membenci saya, tetapi anehnya sama sekali saya tidak takut bila dia menolak cinta saya.
Setelah kami lulus dan melanjutkan sekolah disekolah yang berbeda, baru saya berani mengungkapkan perasaan saya tersebut melalui sebuah kartu dengan ungkapan yang saya tulis melalui bahasa puisi, entah dia akan mengerti atau tidak...dan saya kirim melalui seorang teman tanpa menyebutkan identitas saya, dan tanpa alamat juga tentunya. Entahlah apa yang ada dipikiran saya saat itu, tapi saya memang tidak berharap dia akan membalas apa yang saya kirim, tetapi saya hanya ingin dia tahu bahwa saya menyukainya.
Beberapa tahun kemudian akhirnya saya mendapat kabar bahwa gadis manis teman sekolah saya dulu akan menikah dalam waktu 1 minggu ke depan. Kecewa? Entahlah...tapi mungkin saja saat itu saya tidak kecewa karena toh selama ini saya menduga bahwa memang dia tidak pernah menyukai saya.
Belajar dari apa yang pernah saya alami, Alhamdulillah saya bisa mengambil pelajaran dari kejadian ini. Pelajaran untuk memanfaatkan peluang sebaik mungkin dan tidak pernah ragu untuk mengambil keputusan ! Saya memang tidak pernah tahu isi hati gadis kecil tersebut, tetapi kesalahan terbesar saya adalah tidak menggunakan peluang untuk menyatakan langsung kepadanya dan menanyakan apa yang dia rasakan. Semestinya saya gunakan peluang tersebut walaupun bisa saja saya akan ditolak, namun toh kemungkinan diterima juga tetap ada. Dari dua pilihan yang akan terjadi, bukankah probabilitasnya sama? 50-50 !
Saat saya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan saya yang pertama disebuah perusahaan konstruksi pembuatan strukture baja pada bangunan bertingkat, tug boat, barge dan lain-lain, saya menghilangkan sama sekali keraguan untuk meninggalkan pekerjaan tersebut dan membayangkan bahwa akan ada tempat lain yang lebih baik. Saya tidak terpengaruh pendapat kawan-kawan sekantor yang menyayangkan keputusan saya, termasuk juga permintaan ibu dan bapak saya untuk tetap bekerja di perusahaan tersebut. This is my final decission to discover my own world!
Setelah keluar dari perusahaan tersebut, akhirnya datang juga peluang untuk bekerja pada perusahaan asing, perusahaan yang sedang membangun gas plant di Sumatera. Dan sudah tentu saya harus memanfaatkan peluang ini dengan bekerja sebaik mungkin dan menunjukkan prestasi kerja yang bagus. Banyak yang saya belum tahu karena pekerjaan sebelumnya dan pekerjaan ini cukup berbeda, dan ini mengharuskan saya untuk belajar lebih keras. Sehingga saya datang lebih awal dan pulang paling akhir. Hampir setiap malam saya menghabiskan waktu untuk membaca dokument yang berhubungan dengan project ini, dan berusaha untuk mengerti setiap detil pekerjaan yang dilakukan termasuk operational gas plant bila sudah beroperasi nanti.
Peluang kedua datang kembali sebelum project selesai, ada tawaran untuk pindah ke project lain di Pengalengan Jawa Barat. Peluang yang menawarkan gaji hampir 3 kali lipat dari gaji yang saya terima saat ini. Secara logika dan hitung-hitungan financial, sudah seharusnya saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Namun isyarat dari tubuh saya mengatakan sebaliknya, memberi isyarat kalau ini bukan akan menjadi keputusan yang tepat untuk saat ini. Dan karena pikiran saya sudah menjalin komunikasi yang bagus dengan isyarat tubuh, saya menuruti dan menolak mengambil kesempatan ini setelah lebih dahulu menunjukan kepada boss saya bahwa sudah ada perusahaan lain yang berminat dengan saya. Ya, saya menjadikan surat penawaran dari project di Pengalengan menjadi senjata untuk meminta kenaikan gaji ... dan Alhamdulillah sukses!
Peluang ketiga datang setelah project hampir selesai, kira-kira pertengahan tahun 1998, ada tawaran dari perusahaan Amerika yang melakukan installasi pipa untuk ikut project mereka di Kamerun. Wow, bekerja diluar negeri sudah pasti akan menjadi pengalaman yang menyenangkan walaupun lokasi yang akan menjadi tempat kerja saya nantinya sudah pasti bukan ditengah kota (mana ada installasi pipa minyak ditengah kota, paling juga ditengah hutan seperti project sekarang). Hampir tak percaya bahwa mimpi saya untuk keluar negeri tinggal selangkah lagi. Kamerun I’m coming .... dan ternyata peluang ini tidak pernah terjadi karena oraang tua saya keberatan saya bekerja di Kamerun dengan alasan terlalu jauh.
Seterusnya banyak peluang-peluang yang saya rasakan dan saya usahakan untuk bisa menjadi kenyataan, dengan berbagai cara seperti dijelaskan pada postingan “Am I the lucky man?”. Termasuk yang terakhir pada saat saya memutuskan untuk pindah ke Bogor dan membeli rumah. Saya bisa mendapatkan harga rumah yang lebih murah tetapi lebih besar dan lebih bagus pada lokasi yang sama dengan rumah yang telah ditawar dengan susah payah oleh istri saya. Rumah yang dibeli secara kebetulan karena yang punya ragu-ragu untuk memutuskan menjualnya atau tidak, sehinggga tulisan “RUMAH INI DIJUAL” dan nomor telephone yang bisa dihubungi hanya dituliskan di potongan papan yang sangat kecil dan tertutup oleh daun pohon cemara bonsainya. Saya merasa beruntung karena mata saya yang liar sempat melihat tulisan di papan tersebut dan memanfaatkan peluang dengan sebaik-baiknya, tidak ragu-ragu untuk segera menghubungi pemilik rumah, menanyakan harga dan segera melakukan penawaran.
Berdasarkan kejadian yang saya alami ini membuat saya semakin yakin bahwa orang yang bisa memanfaatkan peluang dengan baik, yang tidak ragu-ragu dalam bertindak dan mengambil keputusan serta tidak pernah menyerah dan berputus asa adalah orang yang akan mengalami keberhasilan terhadap apa yang dicita-citakannya.
Cerita lain dari Thomas Alfa Edison yang menemukan bola listrik setelah percobaannya yang melebihi seribu kali telah membuktikan bahwa tetap saja ada peluang yang berhasil dari peluang-peluang lain yang belum bisa menghasilkan. Atau renungkan juga cerita Wright bersaudara yang bisa menciptakan burung besi yang bisa terbang di udara walaupun mereka berdua hanyalah seorang mekanik sepeda di Ohio, pesawat yang bisa terbang yang dibuat hanya dengan dana US$1,000. Dan yang lebih ironisnya lagi bahwa pesawat tersebut berhasil mereka udarakan hanya berselang 9 hari dari pernyataan department pertahanan Amerika setelah usaha seorang professor ternama bernama Samuel Pierpot Langley gagal untuk membuat mesin yang bisa terbang tersebut setelah menghabiskan dana sebesar US$50.000.
Dan yang paling mudah untuk dapat kita mengerti mengenai apa peluang ini adalah pada saat kita menyaksikan pertandingan sepak bola, semua gol cantik yang tercipta didasari oleh pandainya pemain yang mencetak gol mempergunakan peluang yang hanya seper sekian detik tersebut, kepandaian untuk memanfaatkan peluang yang tidak dimiliki pemain yang lain yang mungkin telah berada pada posisi yang sama.
Seandainya saat saya masih sekolah dulu bisa memanfaatkan peluang untuk menyatakan isi hati saya pada teman sekolah saya yang manis tersebut, barangkali malahan saya tidak akan pernah belajar untuk memanfaatkan sebuah peluang. Tidak pernah belajar dari apa yang pernah saya alami. Dan yang pasti, saya tidak akan pernah memiliki istri yang cantik seperti saat ini. Percayalah, it’s not over until it’s over (by SUTEDJA).
izin salin ya ke blog saya.biar makin bny yg baca,tentu saja dengan menulis linknya(sumbernya)
ReplyDelete