Sunday, May 10, 2009

MEMANFAATKAN PELUANG

Saat masih sekolah dulu, seperti kebanyakan anak-anak yang baru gede atau ABG sudah pasti saya juga mengalami masa pubertas dan jatuh cinta dengan kawan sekolah. Kawan sekolah yang saya taksir adalah seorang anak perempuan berwajah manis, berkulit putih dengan tinggi badan yang melebihi tinggi badan saya. Dua yang saya sebutkan barusan adalah faktor yang membuat saya jatuh hati padanya, namun faktor yang saya sebutkan belakangan adalah faktor yang membuat saya merasa minder.

Setiap pulang sekolah saya selalu berusaha untuk bisa pulang bersamanya, walau sedikitpun saya tidak pernah tahu apakah dia menyukai saya menemaninya pulang atau lebih menginginkan saya untuk segera pergi menjauh. Dan itu terus saya lakukan sampai kami tamat sekolah.

Selama masa sekolah tersebut, sedikitpun tidak ada keberanian yang saya punyai untuk mengatakan bahwa saya menyukai dia, baik mengucapkannya secara langsung maupun melalui surat seperti yang kebanyakan dilakukan oleh kawan-kawan saya yang lain. Saya terlalu takut untuk melakukan itu. Takut kalau dia marah dan akan membenci saya, tetapi anehnya sama sekali saya tidak takut bila dia menolak cinta saya.

Setelah kami lulus dan melanjutkan sekolah disekolah yang berbeda, baru saya berani mengungkapkan perasaan saya tersebut melalui sebuah kartu dengan ungkapan yang saya tulis melalui bahasa puisi, entah dia akan mengerti atau tidak...dan saya kirim melalui seorang teman tanpa menyebutkan identitas saya, dan tanpa alamat juga tentunya. Entahlah apa yang ada dipikiran saya saat itu, tapi saya memang tidak berharap dia akan membalas apa yang saya kirim, tetapi saya hanya ingin dia tahu bahwa saya menyukainya.

Beberapa tahun kemudian akhirnya saya mendapat kabar bahwa gadis manis teman sekolah saya dulu akan menikah dalam waktu 1 minggu ke depan. Kecewa? Entahlah...tapi mungkin saja saat itu saya tidak kecewa karena toh selama ini saya menduga bahwa memang dia tidak pernah menyukai saya.

Belajar dari apa yang pernah saya alami, Alhamdulillah saya bisa mengambil pelajaran dari kejadian ini. Pelajaran untuk memanfaatkan peluang sebaik mungkin dan tidak pernah ragu untuk mengambil keputusan ! Saya memang tidak pernah tahu isi hati gadis kecil tersebut, tetapi kesalahan terbesar saya adalah tidak menggunakan peluang untuk menyatakan langsung kepadanya dan menanyakan apa yang dia rasakan. Semestinya saya gunakan peluang tersebut walaupun bisa saja saya akan ditolak, namun toh kemungkinan diterima juga tetap ada. Dari dua pilihan yang akan terjadi, bukankah probabilitasnya sama? 50-50 !

Saat saya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan saya yang pertama disebuah perusahaan konstruksi pembuatan strukture baja pada bangunan bertingkat, tug boat, barge dan lain-lain, saya menghilangkan sama sekali keraguan untuk meninggalkan pekerjaan tersebut dan membayangkan bahwa akan ada tempat lain yang lebih baik. Saya tidak terpengaruh pendapat kawan-kawan sekantor yang menyayangkan keputusan saya, termasuk juga permintaan ibu dan bapak saya untuk tetap bekerja di perusahaan tersebut. This is my final decission to discover my own world!

Setelah keluar dari perusahaan tersebut, akhirnya datang juga peluang untuk bekerja pada perusahaan asing, perusahaan yang sedang membangun gas plant di Sumatera. Dan sudah tentu saya harus memanfaatkan peluang ini dengan bekerja sebaik mungkin dan menunjukkan prestasi kerja yang bagus. Banyak yang saya belum tahu karena pekerjaan sebelumnya dan pekerjaan ini cukup berbeda, dan ini mengharuskan saya untuk belajar lebih keras. Sehingga saya datang lebih awal dan pulang paling akhir. Hampir setiap malam saya menghabiskan waktu untuk membaca dokument yang berhubungan dengan project ini, dan berusaha untuk mengerti setiap detil pekerjaan yang dilakukan termasuk operational gas plant bila sudah beroperasi nanti.

Peluang kedua datang kembali sebelum project selesai, ada tawaran untuk pindah ke project lain di Pengalengan Jawa Barat. Peluang yang menawarkan gaji hampir 3 kali lipat dari gaji yang saya terima saat ini. Secara logika dan hitung-hitungan financial, sudah seharusnya saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Namun isyarat dari tubuh saya mengatakan sebaliknya, memberi isyarat kalau ini bukan akan menjadi keputusan yang tepat untuk saat ini. Dan karena pikiran saya sudah menjalin komunikasi yang bagus dengan isyarat tubuh, saya menuruti dan menolak mengambil kesempatan ini setelah lebih dahulu menunjukan kepada boss saya bahwa sudah ada perusahaan lain yang berminat dengan saya. Ya, saya menjadikan surat penawaran dari project di Pengalengan menjadi senjata untuk meminta kenaikan gaji ... dan Alhamdulillah sukses!

Peluang ketiga datang setelah project hampir selesai, kira-kira pertengahan tahun 1998, ada tawaran dari perusahaan Amerika yang melakukan installasi pipa untuk ikut project mereka di Kamerun. Wow, bekerja diluar negeri sudah pasti akan menjadi pengalaman yang menyenangkan walaupun lokasi yang akan menjadi tempat kerja saya nantinya sudah pasti bukan ditengah kota (mana ada installasi pipa minyak ditengah kota, paling juga ditengah hutan seperti project sekarang). Hampir tak percaya bahwa mimpi saya untuk keluar negeri tinggal selangkah lagi. Kamerun I’m coming .... dan ternyata peluang ini tidak pernah terjadi karena oraang tua saya keberatan saya bekerja di Kamerun dengan alasan terlalu jauh.

Seterusnya banyak peluang-peluang yang saya rasakan dan saya usahakan untuk bisa menjadi kenyataan, dengan berbagai cara seperti dijelaskan pada postingan “Am I the lucky man?”. Termasuk yang terakhir pada saat saya memutuskan untuk pindah ke Bogor dan membeli rumah. Saya bisa mendapatkan harga rumah yang lebih murah tetapi lebih besar dan lebih bagus pada lokasi yang sama dengan rumah yang telah ditawar dengan susah payah oleh istri saya. Rumah yang dibeli secara kebetulan karena yang punya ragu-ragu untuk memutuskan menjualnya atau tidak, sehinggga tulisan “RUMAH INI DIJUAL” dan nomor telephone yang bisa dihubungi hanya dituliskan di potongan papan yang sangat kecil dan tertutup oleh daun pohon cemara bonsainya. Saya merasa beruntung karena mata saya yang liar sempat melihat tulisan di papan tersebut dan memanfaatkan peluang dengan sebaik-baiknya, tidak ragu-ragu untuk segera menghubungi pemilik rumah, menanyakan harga dan segera melakukan penawaran.

Berdasarkan kejadian yang saya alami ini membuat saya semakin yakin bahwa orang yang bisa memanfaatkan peluang dengan baik, yang tidak ragu-ragu dalam bertindak dan mengambil keputusan serta tidak pernah menyerah dan berputus asa adalah orang yang akan mengalami keberhasilan terhadap apa yang dicita-citakannya.

Cerita lain dari Thomas Alfa Edison yang menemukan bola listrik setelah percobaannya yang melebihi seribu kali telah membuktikan bahwa tetap saja ada peluang yang berhasil dari peluang-peluang lain yang belum bisa menghasilkan. Atau renungkan juga cerita Wright bersaudara yang bisa menciptakan burung besi yang bisa terbang di udara walaupun mereka berdua hanyalah seorang mekanik sepeda di Ohio, pesawat yang bisa terbang yang dibuat hanya dengan dana US$1,000. Dan yang lebih ironisnya lagi bahwa pesawat tersebut berhasil mereka udarakan hanya berselang 9 hari dari pernyataan department pertahanan Amerika setelah usaha seorang professor ternama bernama Samuel Pierpot Langley gagal untuk membuat mesin yang bisa terbang tersebut setelah menghabiskan dana sebesar US$50.000.

Dan yang paling mudah untuk dapat kita mengerti mengenai apa peluang ini adalah pada saat kita menyaksikan pertandingan sepak bola, semua gol cantik yang tercipta didasari oleh pandainya pemain yang mencetak gol mempergunakan peluang yang hanya seper sekian detik tersebut, kepandaian untuk memanfaatkan peluang yang tidak dimiliki pemain yang lain yang mungkin telah berada pada posisi yang sama.

Seandainya saat saya masih sekolah dulu bisa memanfaatkan peluang untuk menyatakan isi hati saya pada teman sekolah saya yang manis tersebut, barangkali malahan saya tidak akan pernah belajar untuk memanfaatkan sebuah peluang. Tidak pernah belajar dari apa yang pernah saya alami. Dan yang pasti, saya tidak akan pernah memiliki istri yang cantik seperti saat ini. Percayalah, it’s not over until it’s over (by SUTEDJA).

BERITA DUKA CITA

Innalillahi wa innaillaihi roji'un.
Telah meninggal dunia ayahanda teman kita Henry Raya pada hari Rabu tanggal 22 April 2009 di rumah sakit RK Charitas Palembang.
Semoga segala dosa-dosa almarhum diampuni dan segala amal ibadah beliau diterima oleh Allah SWT. Untuk keluarga yang ditinggalkan semoga mendapatkan kekuatan atas cobaan yang diberikan. Amin.

Wednesday, March 11, 2009

AM I THE LUCKY MAN?

Beberapa hari yang lalu saya mendapatkan kiriman artikel dari kawan sekerja mengenai “lucky” atau keberuntungan. Artikelnya sangat menarik dan menggugah, menjelaskan bahwa keberuntungan itu bukan semata-mata kebetulan belaka, namun lebih kepada merupakan suatu upaya yang bisa dilakukan oleh siapa saja namun dengan catatan harus memulai sesuatu dengan pikiran yang positif.

Saya jadi teringat dengan ucapan beberapa kawan SMA saya yang melihat saya sebagai sosok “the lucky man”, hampir dalam segala hal menurut mereka. Banyak kawan yang menduga bahwa apa yang telah saya dapatkan saat ini lebih karena merupakan bahwa saya selalu dinaungi oleh faktor keberuntungan saja, tidak lebih. Mereka tidak menganggap bahwa apa yang saya dapatkan saat ini merupakan suatu usaha yang keras yang telah saya lakukan, karena menurut mereka masih banyak kawan lain yang jauh lebih pintar daripada saya yang seharusnya lebih sukses daripada saya, baik dari sisi karir pekerjaan, financial maupun kehidupan.

Mungkin pendapat kawan SMA saya tersebut ada benarnya, tapi mungkin juga ada yang kurang benar. Saya yakin setiap orang memang diberikan keberuntungan oleh sang Maha Pencipta sejak masa penciptaan. Misalnya keberuntungan karena dipilihkan untuk diletakkan dalam rahim seorang ibu yang tepat, keberuntungan karena dihasilkan dari sperma seorang ayah yang tepat, keberuntungan karena pilihan agama orang tua yang tepat sehingga sebelum kita bisa mengerti apa itu agamapun, namun di surat keterangan lahir kita telah tertulis agama yang sama seperti agama orang tua kita. Dan masih banyak lagi keberuntungan yang telah diberikan sebelum kita sendiri mengerti dan bisa merasakan makna keberuntungan tersebut.

Namun yang menurut saya perlu disayangkan, masih banyak kawan SMA saya yang menganggap bahwa keberuntungan itu merupakan faktor bawaan, bukan sesuatu yang bisa diciptakan atau diusahakan. Inilah mungkin persepsi yang perlu diluruskan, perlu dibenahi sehingga setidak-tidaknya kawan yang merasa belum beruntung bisa segera mendapatkan keberuntungan tersebut seperti kawan-kawan lain yang telah beruntung.

Menurut artikel kiriman kawan kerja saya tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa orang yang beruntung melakukan memang bertindak berbeda dengan mereka yang sial atau halusnya kurang beruntung. Misalnya disebutkan, dalam salah satu penelitian the Luck Project ini, Prof. Wiseman sebagai peneliti memberikan tugas untuk menghitung berapa jumlah foto dalam koran yang dibagikan kepada dua kelompok tadi. Orang-orang dari kelompok yang kurang beruntung memerlukan waktu rata-rata 2 menit untuk menyelesaikan tugas ini. Sementara mereka dari kelompok yang beruntung hanya perlu beberapa detik saja! Lho kok bisa?

Ya, karena sebelumnya di halaman ke dua Wiseman telah meletakkan tulisan yang tidak kecil berbunyi “Berhenti menghitung sekarang! ada 43 gambar di koran ini”. Kelompol kurang beruntung melewatkan tulisan ini ketika asyik menghitung gambar. Bahkan, lebih iseng lagi, di tengah-tengah koran, Wiseman menaruh pesan lain yang bunyinya: “Berhenti menghitung sekarang dan bilang ke peneliti, Anda menemukan ini, dan menangkan US$250!” Lagi-lagi kelompok sial melewatkan pesan tadi! Memang benar-benar sial atau kurang beruntung.
Singkatnya, dari penelitian yang diklaimnya “scientific” ini, Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan mereka yang beruntung dari yang yang kurang beruntung:

1. Sikap terhadap peluang.
Orang beruntung ternyata memang lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika peluang datang. Bagaimana hal ini dimungkinkan?

Ternyata orang-orang yang beruntung memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, dan menciptakan jaringan-jaringan sosial baru. Orang yang kurang beruntung lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan- kemungkinan baru.

Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York hendak menjual toko permatanya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, dia mendengar seorang wanita memanggil pria di sebelahnya: “Mr. Buffet!” Hanya kejadian sekilas yang mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi Helzber berpikir lain. Ia berpikir jika pria di sebelahnya ternyata adalah Warren Buffet, salah seorang investor terbesar di Amerika, maka dia berpeluang menawarkan jaringan toko permatanya. Maka Helzberg segera menyapa pria di sebelahnya, dan betul ternyata dia adalah Warren Buffet. Perkenalan pun terjadi dan Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Warren Buffet, berhasil menawarkan bisnisnya secara langsung kepada Buffet, face to face. Setahun kemudian Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik Helzberg. Betul-betul beruntung.

2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.
Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika. Keputusan-keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan “hati nurani” (intuisi) daripada hasil otak-atik angka yang canggih. Angka-angka akan sangat membantu, tapi final decision umumnya dari “gut feeling”.

Yang barangkali sulit bagi orang yang sial adalah, bisikan hati nurani tadi akan sulit kita dengar jika otak kita pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan. Makanya orang beruntung umumnya memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur.

Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi kita juga akan semakin tajam.

Banyak teman saya yang bertanya, “mendengarkan intuisi” itu bagaimana? Apakah tiba-tiba ada suara yang terdengar menyuruh kita melakukan sesuatu? Wah, kalau pengalaman saya tidak seperti itu. Malah kalau tiba-tiba mendengar suara yg tidak ketahuan sumbernya, bisa-bisa saya jatuh pingsan. Karena ini subyektif, mungkin saja ada orang yang beneran denger suara.

Tapi kalau pengalaman saya, sesungguhnya intuisi itu sering muncul dalam berbagai bentuk, misalnya:

- Isyarat dari badan. Anda pasti sering mengalami. “Saya kok tiba-tiba deg-degan ya, mau dapet rejeki kali”, semacam itu. Badan kita sesungguhnya sering memberi isyarat tertentu yang harus Anda maknakan. Misalnya Anda kok tiba-tiba meriang kalau mau dapet deal gede, ya diwaspadai saja kalau tiba-tiba meriang lagi.

- Isyarat dari perasaan. Tiba-tiba saja Anda merasakan sesuatu yang lain ketika sedang melihat atau melakukan sesuatu. Ini yang pernah saya alami. Contohnya, waktu saya masih kuliah, saya suka merasa tiba-tiba excited setiap kali melintasi kantor perusahaan tertentu. Beberapa tahun kemudian saya ternyata bekerja di kantor tersebut. Ini masih terjadi untuk beberapa hal lain.

3. Selalu berharap kebaikan akan datang.
Orang yang beruntung ternyata selalu ge-er terhadap kehidupan. Selalu berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Coba saja Anda lakukan tes sendiri secara sederhana, tanya orang sukses yang Anda kenal, bagaimana prospek bisnis kedepan. Pasti mereka akan menceritakan optimisme dan harapan.

4. Mengubah hal yang buruk menjadi baik.
Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam salah satu tes nya Prof Wiseman meminta peserta untuk membayangkan sedang pergi ke bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Dan peserta diminta mengutarakan reaksi mereka. Reaksi orang dari kelompok kurang beruntung umumnya adalah: “Wah sial bener ada di tengah-tengah perampokan begitu”. Sementara reaksi orang beruntung, misalnya adalah: “Untung saya ada disana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapat uang”. Apapun situasinya orang yang beruntung pokoknya untung terus. Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya menjadi keberuntungan

Dari penjelesan diatas menurut saya cukup jelas bahwa keberuntungan itu ternyata bukan faktor “bawa-an” saja, tetapi lebih kepada sesuatu yang bisa diusahakan. Belum yakin? Sebenarnya dengan membaca artikel inipun anda sudah termasuk orang yang beruntung karena ternyata Prof Wiseman bahkan sudah membuka “Luck School”. Latihan yang diberikan Wiseman untuk orang-orang semacam itu adalah dengan membuat “Lucky Diary”, buku harian keberuntungan. Setiap hari, peserta harus mencatat hal-hal positif atau keberuntungan yang terjadi. Mereka dilarang keras menuliskan kesialan mereka. Awalnya mungkin sulit, tapi begitu mereka bisa menuliskan satu keberuntungan, besok-besoknya akan semakin mudah dan semakin banyak keberuntungan yg mereka tuliskan.

Ketika mereka melihat beberapa hari ke belakang Lucky Diary mereka, mereka semakin sadar betapa beruntungnya mereka, dan sesuai prinsip “law of attraction”, semakin mereka memikirkan betapa mereka beruntung, maka semakin banyak lagi lucky events yang datang pada hidup mereka.

Jadi, ternyata sesederhana itu rahasia orang yang beruntung dan ternyata semua orang juga bisa beruntung. Termasuk kita semua.

Nah, apakah kawan-kawan sudah siap untuk memulai menjadi orang yang beruntung? (by SUTEDJA)

Saturday, March 7, 2009

UJIAN AKHIR

Hampir setiap mahasiswa yang akan menghadapi ujian sarjana pastilah akan merasakan tegang, sesiap apapun dan siapapun dia. Tegang karena membayangkan pertanyaan ujian yang mungkin sulit untuk dijawab, tegang karena mungkin skripsinya salah buat (???), tegang karena takut salah ngomong atau tegang karena hal-hal lain yang belum pernah terbayangkan dan sebentar lagi akan dialaminya sendiri.

Kawan-kawan yang akan menghadapi ujian bersamaku juga tegang, termasuk aku sendiri. Pe’i kelihatan sekali wajah tegangnya, hampir setiap saat aku lihat dia membolak-balik skripsi (yang harusnya sudah hapal diluar kepala), sambil sesekali diselingi membaca doa yang panjang (dan mungkin juga sekalian membaca mantra). Dirham wajahnya masih terlihat sedih karena baru beberapa hari ditinggal ibunya menghadap yang punya kehidupan, matanya sesekali terlihat berkaca-kaca. Romas tak jauh berbeda dengan Pe’i, mulutnya komat-kamit sambil matanya melihat skripsinya yang cukup tebal. Tapi aku yakin kalau aku lebih hapal isi skripsi tersedut dibandingkan Romas karena skripsi tersebut aku yang mengetiknya. Dengan dibayar tentunya.

Harry hanya modar-mandir saja sambil tertawa melihat kawan-kawannya pada stress. Ya, jelas saja dia tidak strees saat ini karena dia belum membuat tugas akhir. Nilainya masih banyak yang harus diperbaiki karena tidak pernah berdoa sebelum ujian, mencontoh Yuri Gagarin katanya...yang bisa keluar angkasa tanpa berdoa. Padahal sok tahu saja dia, karena sebelum Yuri Gagarin keluar angkasa sebenarnya dia pernah memintaku untuk memimpin doa supaya misi mereka keluar angkasa sukses, dan itu yang tidak Harry ketahui...hehehe..

Kawan-kawan yang lainpun sama, bolak-balik kayak setrika-an sambil mengintip melalui jendela melihat kawan yang sedang diuji di dalam ruangan. Sesekali mencoba mencari jawaban sambil membuka-buka literatur yang dibawa. Semakin lama kulihat wajah mereka semakin kusut karena semakin bingung. Semakin banyak pertanyaan ujian yang mereka tidak tahu jawabannya. Semakin stress....

Aku juga sebenarnya bingung karena semakin banyak ternyata yang aku tidak tahu. Skripsiku sangat tipis, lebih tebal sedikit dari stensilan erny arrow yang sering dibawa Ruslan ke kampus, hanya terdiri dari 60 halaman saja. Perhitungan yang ada hanya ada perhitungan head pompa dan perhitungan diameter pipa saja. Benar-benar simple dan kurang berbobot sebenarnya.Tapi aku tak peduli mengenai ini. Targetku yang penting lulus , menjadi sarjana dan bisa segera bekerja, titik! Tidak peduli nilainya hanya dapat yang pas-pasan saja alias C.

Nah, saat jam 10 malam pengumuman kelulusan diumumkan kami semua kecuali tiga orang menyambutnya dengan gembira (eh..empat orang maksud saya yang tidak bergembira, yang keempatnya ya sudah pasti si Harry. Dia tidak gembira karena banyak kawan-kawannya yang lulus, sementara harapan dia mestinya banyak yang tidak lulus supaya bisa kembali ujian bersama dia). Hore...kami lulus !!!! Kami lulus ...!!!!
Thanks God ! The first difficulties in our lives has gone... (by Sutedja)

Note: Terimo kasih buat Henry yang sudah minjemin jas buat aku ujian walaupun sedikit kedodoran.

Tuesday, March 3, 2009

POSISI MENENTUKAN PRESTASI

Posisi menentukan prestasi adalah istilah umum yang dipakai para mahasiswa saat menghadapi ujian. Maksudnya disini bahwa pilihan tempat duduk kita waktu ujian akan sangat menentukan nilai yang kita dapatkan. Biasanya tempat yang dipilih adalah di kursi di barisan belakang dan agak ke pojok di tempat yang sulit dijangkau oleh radar mata dosen pengawas ujian.

Untuk mendapatkan posisi yang nyaman tersebut biasanya kami rela datang lebih awal dari jadwal ujian. Soalnya kita harus merebut tempat yang diinginkan tersebut dengan perjuangan dan kerja keras bila perlu dengan sikut-sikutan. Kalaupun kalau kita berhalangan datang lebih awal, disarankan untuk meminta bantuan konco2 kita untuk nge-tag tempat untuk kita (istilah kerennya reserved seat, kayak VVIP person aja..).Jadi, ngetag tempat itu sudah dari dulu dilakukan oleh kami, Dimana-mana kalo mau mendapatkan posisi wuenak ya harus berusaha keras bung…jer basuki mawa bea..there is no such thing as a free lunch men..

Selain tempat duduk yang berada di deretan belakang, persiapan lain yang harus dilakukan adalah mempersiapkan materi contekan di dalam kertas-kertas kecil. Kalo teman yang agak rajin biasanya sudah mempersiapkannya pada malam sebelum ujian. Teman yang agak rajin ini, materi contekannya akan dipinjam oleh teman yang kurang rajin, untuk dibuat copy pastenya, atau kalaupun masih malas untuk membuat copy contekan (terlalu..kata bang Haji Rhoma Irama ), masih ada tempat foto copian, walau moto copy-nya dengan rasa malu yang sudah hilang, masak contekan saja difoto copy.Tetapi hal-hal tersebut memang harus dilakukan demi perjuangan supaya bisa lulus ujian.

Kalau persiapan –persiapan diatas, yakni posisi duduk dan contekan sudah siap, maka kita tinggal menunggu dengan tenang peristiwa ujiannya sendiri. Biasanya, di saat ujian ini akan terlihat suatu pola kerjasama yang manis dan kompak dari teman2 sekalian. Terjadi oper-mengoper jawaban soal dan keberanian inovasi mencontek yang benar-benar luar biasa yang dipertunjukan teman2.

Hal diatas berlaku kalau dosen pengajarnya bermata rabun,sudah cuek dengan aktivitas mahasiswa2 bandel yang tidak berusaha keras untuk belajar ujian. Kalau dosen pengajarnya terkenal bermata awas, sangar, killer dan raja tega untuk tidak meluluskan mahasiswa yang berani mencontek, tentu saja kami tidak berani untuk melakukan aktivitas mencontek tersebut. Kami akan berusaha mengarang-ngarang jawaban ujian supaya kertas ujian keliatan terisi penuh. Dengan harapan siapa tahu bisa lulus dengan belas kasihan dosen atau paling tidak mendapat nilai upah nulis. Tapi ada satu senjata rahasia lagi yang dapat mengatasi nilai jelek tersebut, caranya dikenal dengan “Lobby Factor”. Cukup bermodal oleh-oleh seperti otak-otak dan makanan kecil lainnya, kita bisa mendatangi dosen-dosen tertentu untuk PDKT dan mohon bantuan memperbaiki nilai. Ternyata kelak dikemudian hari, faktor-faktor non teknis seperti lobby-melobby inilah yang banyak membantu dalam pergaulan dan menjalin relasi di dunia kerja. Benar nggak Cing? (by Amrizal "Joe" Malik)

Friday, February 27, 2009

MENUNGGU

Menunggu memang hal yang paling membosankan! Berapa lamapun waktu yang terpakai, tetap saja membosankan. Entah semenit, sejam, sehari apalagi bertahun-tahun. Tetap saja sama, membosankan!

Dan sekarang aku lagi menunggu. Duduk sendirian di bandara menunggu jadwal pesawat yang akan aku tumpangi ke Palembang tiba. Ya, hari ini aku akan kembali ke rumah untuk bertemu anak dan istriku setalah 19 hari meninggalkan mereka. Sungguh melelahkan.

Kejenuhanku sedikit terobati karena barusan Rahmadi menelphone, menanyakan status proposal proyek yang pernah dia berikan padaku. Lumayan untuk mengisi waktu menunggu saat ini, walaupun proyeknya sendiri belum bisa dijalankan karena harga yang ditawarkan masih jauh dari estimasi budget yang tersedia. Entah aku yang salah membuat perhitungan anggaran pekerjaan, atau Rahmadi yang mengajukan harga yang terlalu mahal. Diakhir pembicaraan dia meminta alamat blog tm-unsri89.

Sekarang aku mengeluarkan laptop, mirip gayanya Tukul saat memandu acara (bukan) empat mata. Mungkin saja ada sesuatu yang bisa aku tulis. Entah mengenai pekerjaan, membuat presentasi, merevisi program kerja, atau sekadar tulisan ringan utuk mengisi blog kita.

Belum ada hurup yang aku ketik saat kemudian handphone ku berdering lagi. Kali ini dari teman lamaku yang baru saja mengundurkan diri dari tempat kerjanya. Teman yang baru saja semalam tidur bersamaku di hotel, mas Slamet. Ya, semalam dia menceritakan alasan pengunduran dirinya. Menceritakan bahwa dia sudah bosan menunggu karirnya yang belum juga bergerak ke atas lagi setelah menerima promosi dariku ditahun 2004 yang lalu. Bosan menunggu janji untuk dioverseas-kan yang sampai hari ini belum juga terealiasi (rasanya memang mana mungkin bisa overseas kalau bahasa Inggrisnya saja belum sepasih bahasa Jawanya).

Aku kembali meletakkan jariku diatas tuts lap top mungilku sambil menanti ide yang mungkin akan datang...semenit, dua menit,..lima menit...10 menit...sialan, belum ada juga ide yang datang.

Aku membayangkan bagaimana mungkin ada seorang yang bisa bersabar menunggu nasib sedemikian lama, bahkan yang belum tahu kapan berakhirnya mas menunggu. Orang yang dipenjara misalnya, berapa lama mereka menghitung hari menunggu masa pembebasan. Orang yang belum mendapat kerja, berapa lama mereka menunggu surat panggilan kerja datang. Orang yang dijanjikan mau dipromosikan, berapa lama mereka merasa waktu menduduki jabatan baru akan datang.

Namun aku menyadari bahwa kita semua memang sedang menunggu, menunggu datangnya waktu kematian. Dan nanti setelah berada di dalam kubur kita masih akan menunggu waktu dibangkitkan, kemudian menunggu masa hisab amal perbuatan kita, setelah itu kalau banyak dosa akan menunggu lagi ditempat pembalasan sambil merasakan betapa dahsyatnya siksaan itu, sebelum mungkin pada akhirnya akan dimasukan ke dalam tempat yang teramat indah – Miftahul Jannah.

Beruntunglah kita yang bisa memanfaatkan waktu menunggu ini dengan sebaik-baiknya, mengisinya dengan waktu yang bermanfaat. Mengisi bekal untuk perjalanan yang teramat jauh, yang pasti akan membutuhkan jumlah yang banyak, bekal yang bukan berupa makanan dan minuman, bekal yang tidak akan mengenyangkan lahiriah kita.

Nah, pramugari-pramugari yang muda dan cantik sudah lewat didepan saya. Jalannya berlenggak-lenggok kayak itik yang mau nelor. Mungkin 20 menit lagi pesawat yang saya tumpangi akan segera diberangkatkan. Akhirnya waktu menunggu saya dibandara selesai sudah, namun tidak ada tulisan yang berhasil saya selesaikan kali ini. Waktu menunggu yang berlalu sia-sia. (by Sutedja)

Wednesday, February 18, 2009

JALAN HIDUP

The big question (pertanyaan utama) bagi manusia yang hidup di dunia ini adalah mencari tahu apa tujuan hidupnya di dunia ( what’ s God plan to him/her)..

Ini bisa berhubungan dengan pekerjaannya yang dilakukannya untuk menghidupi diri dan keluarganya.

Ada yang segera atau cepat mengetahui tujuan hidupnya adapula yang butuh waktu bertahun2 untuk menemukannya. Penemuan itupun bisa didapat secara sadar dan tak sadar, lewat rangkaian berkah ataupun musibah.

Contoh kasusnya : Harry Kucing adalah teman kuliah kami dulu yang berasal dari pulau Bangka ( kota penghasil cewek2 cantik dan terkenal seperti putri Indonesia: Artika Sari Devi dan bintang sinetron Sandra Dewi ( ngiler : mode on ). Ketika kuliah dulu dia termasuk putra daerah yang biasa2 saja, malah cenderung sering menjadi bahan guyonan temen2 lain. Ini karena ulahnya yang kadang2 lucu dan memang perawakannya yang seperti almarhum pelawak Didu. Jadi memang sudah punya bakat untuk menjadi bahan olok2 an masyarakat.

Waktu ujian semester dulu , dia pernah sesumbar bahwa untuk apa berdoa saat ujian, lha Yuri Gagarin (kosmonot Uni Soviet) saja yang komunis bin atheis bisa terbang keluar angkasa naik Apollo, itu alasan alias logikanya. Ternyata Tuhan mendengar dan langsung menjawab harapan si Harry. Ketika pengumuman hasil ujian diumumkan, pada semester itu nilai si Harry hampir semuanya D dan E alias tidak lulus semua. Cuma satu pelajaran yang lulus rasanya. Teman2 (terutama saya yang mendengar kata2nya saat ujian ) mentertawakan hasil yang didapatnya. Makanya Cing jangan ngomong macam itu lagi..-D. Malaikat mencatat lho..

Salah satu tugas anak TM adalah membuat “laporan Roda Gigi dan kopling”, yang menjadi tugas wajib semester itu. Seperti kebiasaan kami, mahasiswa2 yang malas ini adalah mengerjakan tugas tersebut menjelang akhir2 masa pengumpulan tugas alias menjelang deadline ( kayak wartawan aja - )).

Nah, si teman kita Harry ini seperti biasanya mengumpulkan dengan tergopoh2 dan sudah menjelang bel berdering. Dia tidak memeriksa lagi apakah ada yang kurang atau salah dari judul yang tugas laporan tersebut. Karena waktu yang sudah sangat mepet, jadi langsung laporan tersebut dikumpul. Tetapi beberapa waktu kemudian dia dipanggil oleh dosen mata kuliah tersebut dan diomelin.Ternyata betul ada kesalahan penulisan judul yang dibuatnya yaitu “Laporan roda gigi dan Rantai” .

Dua hal inilah yang setiap ketemu kumpul 2 dan reuni selalu menjadi bahan bercanda bagi kami.
Sekarang si harry Kucing ini bekerja menjadi ahli design & fabrikasi Roda gigi, suatu hal yang dulu kami tertawakan ternyata nasib dan garis tangan membuatnya menjadi orang yang sangat menguasai roda gigi tersebut.( Mungkin lebih hebat daripada dosen mata kuliah roda gigi dulu he2).

Kembali ke pembukaan di atas, kita tidak sadar bahwa hal-hal / kejadian yang kita lakukan atau alami di masa lalu ternyata menjadi jalan hidup kita sekarang. Teman kita di atas mungkin telah menjawab ‘what’s God plan to him” (by Amrizal "Joe" Malik)

Tuesday, February 17, 2009

MENANTI JAM KULIAH

Ini bukan sedang berjudi apalagi pornoaksi. Kegiatan ini hanya mengisi waktu luang disaat menunggu jam kuliah, sekalian mengasah ketrampilan bermain remi. Dizaman ini dulu belum ada permainan “song”, jadi yang dimainkan saat itu mungkin main “set-sot” kalau tidak salah, atau mungkin permainan 41 malah. Aku tidak tahu karena aku tidak tertarik bermain remi.

Richard, Pe’i, Romas dan Awang buka baju sudah pasti karena panas. Maklum, kalau tidak salah tempat costnya Richard di Jalan Riau ini tidak menggunakan AC. Mungkin ditahun itu harga AC masih mahal sehingga hanya menggunakan kipas angin saja. Yang habis dikerok karena masuk angin, biasanya kalau ikut bermain tidak membuka baju dan juga tidak membuka celana (apa hubungannya???).

Tempat cost Richard ini memang jadi tempat berkumpul saat menunggu jam kuliah berikutnya dan melakukan berbagai kegiatan. Kadang-kadang kita membuat tugas disini, membuat contekan untuk ujian, meminjam komputernya untuk membuat makalah atau tempat belajar jadi “dewasa” dengan melihat gambar-gambar dewasa.

Yang punya rumah kalau tidak salah adalah seorang janda yang punya hobby berjudi. Hampir setiap hari kami melihat tamunya datang, untuk berjudi barangkali. Mungkin uang bayaran cost itulah yang dia jadikan modal untuk bermain bersama tamu-tamunya tersebut. Dan Mungkin karena itu juga Richard tidak boleh terlambat membayar uang cost, karena kalau terlambat maka janda itu tidak bisa bermain judi.

Kalau lagi asyik bermain remi dan jam kuliah berikutnya tiba, kadang-kadang ada alasan untuk tetap meneruskan permainan remi tersebut sampai selesai. Alasan yang sering dipakai adalah “..males ah, yang ngajar pak Fusito...” atau “..tidak datang juga tidak apa-apa karena yang mengajar pak Valentino..” atau juga “...nitip absen dong..” dan banyak lagi alasan-alasan yang lain.

Namun kalau mata kuliah berikutnya adalah mata pelajaran yang diajarkan oleh mbak Mawarni, bisanya kita segera bergegas supaya dapat tempat duduk di depan ruangan kuliah. Maklum, mbak ini dosen muda yang cukup cantik wakaupun sedikit judes dan ketus. Yah, paling tidak lumayanlah untuk kita-kita yang lagi pada puber. Beda dengan jurusan teknik kimia yang mayoritas malah perempuan, sehingga mahasiswanya malah sudah pada imun, sudah terbiasa berdekatan dengan teman ceweknya sehingga gejolaknya tidak sekencang mahasiswa jurusan mesin. Sudah tidak dahsyat lagi!

Kalau kita melihat photo diatas, mungkin waktunya sekitar tahun 1993-an karena Richard dan Romas sudah tidak gondrong lagi, sudah kelihatan lebih dewasa karena sudah sadar kalau rambut mereka gondrong, mereka mirip penyanyi dangdut dan sama sekali tidak mirip anak metal. Ini jujur lho ...

Ayo kapan kita bernostalgia main remi bersama lagi?

Monday, February 16, 2009

FITNESS

Sekitar pertengahan tahun 1991, Henry dan Richard memperkenalkan olah raga angkat beban yang saat itu sering kami sebut dengan fitness. Suatu penggunaan kata yang salah sebenarnya karena olah raga yang kami lakukan lebih menjurus untuk menjadi binaraga, bukan sekadar olah raga untuk menjaga kebugaran tubuh.

Tempat olah raga angkat beban tersebut bukan di hotel atau di tempat kebugaran yang bagus, tempat yang menjadi sarana latihan kami terletak di gang kecil di jalan Ali Gatmir pasar Kuto, tepatnya di lorong Dagi. Tempat yang sering juga kami sebut dengan Dagi Fitness.

Di Dagi fitness jangan berharap tersedianya instruktur yang akan mengajarkan olahraga ini atau membayangkan tersedianya alat yang modern untuk membentuk tubuh seperti di gymnastic kepunyaan Ade Rai. Semua peralatan disini benar-benar seadanya. Lempengan barbel yang terbuat dari plat besi yang dipotong, tempat bench press dari kayu, pararel dips yang terbuat dari setang sepeda atau peralatan row chest yang terbuat dari rantai sepeda. Hampir sebagian besar peralatan disini adalah home made, buatan sendiri.

Namun mungkin karena murah atau karena pemiliknya adalah pelatih angkat berat di Palembang, tempat tersebut sangat ramai dikunjungi oleh orang-orang yang ingin memperbesar otot tubuh mereka. Termasuk juga saya, Henry, Richard, Novian, Ruslan, Harry, Romas, Budi dan Redy. Tapi seperti biasa, lama kelamaan hanya saya , Novian dan Henry saja yang tekun berlatih dan berkunjung walau saat ujian sekalipun (lha wong saya kalo ujian selalu memilih duduk dekat sama yang rajin belajar...)

Sewaktu masih ramai-ramai berlatih, begitu selesai biasanya kami langsung menuju rumah makan martabak telor HAR di jalan kol. Atmo untuk menggantikan energi yang hilang. Saya, Henry dan Harry biasanya bisa memakan martabak tersebut sampai 3 atau 4 piring (padahal saat ini untuk menghabiskan 1,5 piring saja sudah sulit). Novian bisa memakan 2 atau 3 piring, sedangkan yang lainnya paling banter 1,5 piring saja. Karena selalu memakan dengan porsi super itulah penjaga toko martabak tersebut sangat senang bila kami datang . Laris, pasti itu yang ada dalam pikirannya!

Seperti biasanya orang yang ingin memamerkan otot, semakin besar otot yang dia miliki anehnya semakin kecil ukuran baju yang dibeli. Kalau dulu memakai ukuran XL, sekarang diturunkan menjadi ukuran L. Supaya tidak ada celah lagi antara baju dengan tubuh. Supaya benar-benar nge-press..he..he... Padahal sungguh mati, otot yang kami miliki saat itu lebih mirip otot kuli angkut daripada otot binaragawan (lha wong latihannya memang sama para kuli angkut lemari di sekitar Dagi dan tanpa pelatih, mana mungkin jadi bisa kayak Ade Rai).

Henry yang memang berbadan paling besar, ternyata punya obsesi untuk menggantikan Lou Ferigno untuk menjadi Hulk, si Raksasa Hijau dalam film The Incridible Hulk. Sudah sedikit mirip memang, namun tidak miripnya jauh lebih banyak, terutama untuk otot bagian perut. Namun demikian, tidak saya lihat sekalipun dia memasukan latihan otot perut kedalam program latihan yang dilakukannya. Hampir melulu program yang ada hanyalah otot dada, otot lengan dan otot pundak. Tidak jauh berbeda dengan latihan yang saya lakukan (namanya juga tukang contek, jadi apa yang Henry lakukan itu yang saya turuti).

Sampai saat ini, saya dan Henry masih sering membicarakan olahraga angkat beban bila bertemu. Namun hanya sebatas membicarakan saja sambil tertawa mengingat kebodohan yang pernah kami lakukan. Sekarang kami berdua disarankan dokter untuk tidak melakukan olahraga tersebut karena terkena penyakit yang sama. Sakit pinggang! Penyakit yang datangnya belasan tahun kemudian karena kesalahan program latihan waktu dulu. Sekarang terkubur sudah impian untuk menggantikan Lou Ferigno, apalagi setelah menyaksikan film terbaru tentang Hulk ternyata telah menggunakan animasi komputer sehingga tidak membutuhkan seseorang yang berotot besar lagi. Daahhhh ... (by Sutedja)

Saturday, February 14, 2009

GANK JADUL


Chard, photo ini diambil tahun berapa ya? Kalau tidak salah mungkin diawal 1990 kan? Wah sudah sembilan belas tahun yang lalu. Benar-benar tidak kerasa bahwa kita semakin tua ...

Andi, Bandi, Richard dan Henry mukanya tidak banyak berubah..masih kelihatan muda. Hanya saja Henry dan Harry perutnya membesar karena sudah jadi boss. Saya dan Joe kehilangan rambut karena sering berpikir keras supaya jadi boss juga kayak Henry dan Harry.

Andi ternyata tampangnya kayak pemain bola dari Argentina, Dirham sedikit berubah ke arah tambah jelek. Isbandi saat ini selain tambah item, janggutnya juga tambah panjang. Darto dan Redy Japaris rambutnya panjang kayak penyanyi dangdut, padahal ngakunya kayak rocker. Ingat sama Redy, jadi ingat kalo habis dibonceng pakai GL-100nya susah jalan lurus karena harus mengangkang lebar-lebar ... maklum pantatnya oversize, mirip pantat gajah.

Keponakan Richard pasti sudah pada kuliah sekarang. Ini anak Oom Edison ya, Chard?

Romas, dari dulu suka malu-malu ... malu-maluin maksudnya. Makanya kalo photo tidak pernah di depan, selalu cari posisi di belakang, termasuk kalau pas lagi ujian. Motonya kalau tidak salah "posisi menentukan prestasi".

Henry tenyata sudah sejak dulu senang pakai kacamata hitam. Entah supaya terlihat ganteng atau supaya bebas melirik anak ekonomi dan hukum. Wajah Harry masih terlihat seperti Diduk, pemain sinetron di awal tahun 80-an yang sekarang sudah meninggal dunia. Kalau sekarang entah wajahnya mirip siapa ... hanya saja kenapa setiap saya melihat patung budha di toko-toko selalu ingat sama dia.

Sebuah photo ternyata punya sejuta kenangan, mudah-mudahan kenangan ini akan mempererat prsahabatan kita.Amin. (by Sutedja)

Friday, February 13, 2009

INTERVIEW

Hari Rabu tanggal 11 Februari kemarin, saya melakukan interview untuk salah satu kandidate yang akan mengisi posisi facility and construction yang kebetulan akan kosong 2 bulan mendatang karena supervisor yang saat ini menjabat akan memasuki masa purna karya. Sebelum hari interview saya sampaikan bahwa pelaksanaan interview akan dilakukan diruangan saya pada pukul 6 pagi, on time.

On time atau tepat waktu sengaja saya sampaikan untuk melihat salah satu parameter penilaian mengenai commitment. Sebagai seorang supervisor yang akan mengawasi dan mengkoordinir banyak pekerja, commitment menjadi satu hal yang harus ada. Commitment yang akan diimplementasikan dalam banyak hal, misalnya commit untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan schedule, commit untuk coatching sub ordinate supaya terjadi proses regenerasi, commit untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur dan banyak hal lagi yang harus dilakukan berdasarkan commitment.

Jam 5.30 pagi seperti biasa saya sudah berada diruangan kerja, menyiapkan laporan harian department saya untuk dimeetingkan dengan rekan-rekan di kantor Jakarta pada jam 8.30 pagi nanti. Laporan ini biasanya saya buat pada jam 6.00 pagi dan selesai pada jam 6.20, hanya membutuhkan waktu 20 menit karena memang hanya menuliskan sesuatu yang penting saja.

Jam 5.55 pagi, kandidate tersebut mengetuk pintu ruangan saya sambil menyapa “Assalamualaaikum”, suatu sapaan yang sangat saya sukai karena berisi doa yang mendoakan orang yang disapa, sapaan yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk diucapkan bila dua orang muslim bertemu. Alhamdulillah, pagi-pagi begini sudah ada orang yang mendoakan untuk keselamatan dan kesejahteraan saya. 2 point sudah dia dapatkan dari saya. Yang pertama dia datang on time dan yang kedua dia punya etika. Sebelum mempersilahkan duduk, saya amati kandidate yang bernama MS ini. Tubuhnya yang tinggi atletis dan tegap dengan potongan rambut cepak gaya ABRI sebenarnya lebih cocok untuk melamar jadi tenaga security daripada jadi supervisor di facility and construction. Wah, jangan-jangan salah panggil orang nih !

Jam 6 pagi tepat interview dimulai dengan pertanyaan mengenai safety, hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan kerja dan kesadaran akan keselamatan kerja. Ternyata jawaban yang dia berikan sungguh diluar dugaan saya karena sebenarnya saat ini dia sudah bekerja sebagai tenaga inspector di perusahaan ini walaupun masih melalui kontraktor. Dari 2 pertanyaan yang saya ajukan, dia tidak bisa menjawab dengan cukup baik. Jawabannya salah dan terasa di karang-karang. Bagaimana mungkin hal yang berhubungan dengan keselematan kerja, yang sudah ada standard dan aturannya yang populer dengan sebutan “safety standard and procedure” sehingga menjadi panduan resmi bisa di karang-karang seenaknya. Lebih parahnya lagi ternyata selama bekerja disini, satu kalipun dia belum pernah membaca aturan mengenai safety ini walaupun perusahaan telah mewajibkan semua karyawan untuk membaca dan mengerti isi safety and standard procedure tersebut.

Pertanyaan-pertanyaan berikutnya mengenai leader ship, work planning and organizing, commitment dan knowledge benar-benar tidak bisa dijawabnya dengan baik. Semakin saya mengiyakan jawabannya, semakin bersayap pula jawabannya. Mungkin karena dilihatnya saya sering mengangguk, dikiranya jawaban yang diberikannya adalah benar. Semakin sering saya bilang “ oooo”, semakin bersinar pula pancaran sinar matanya.

Tentu yang paling membuat saya kecewa adalah pengetahuan mengenai pekerjaan yang justru saat ini menjadi tanggung jawabnya. Saya membayangkan bisa saja yang dia kerjakan selama ini tidak benar dan dikarang-karang, bisa saja dia hanya menyalin laporan dari kontraktor tanpa pernah tahu bagaimana memeriksa benar atau tidaknya kemudian melaporkan kembali ke atasannya.

Wah, ternyata dugaan saya MS ini lebih cocok sebagai security ternyata ada benarnya. Benarnya karena memang tenaga security diperusahaan saya tidak dituntut untuk berpikir berat dan mengerti tugas yang lain seperti security di bank yang selalu siap menawarkan bantuan saat kita mau mengisi form penarikan atau setoran tabungan, yang walaupun sebagai security tetapi selalu menyambut customer banknya dengan tersenyum dan ucapan selamat pagi atau selamat siang. Security di perusahaan saya harus berwajah dingin, galak dan betah duduk berjam-jam di pos security supaya tidak ada tamu yang tidak penting bisa masuk kedalam kantor hanya untuk meminta sumbangan atau mencari kerja.

Sayang sekali MS telah membuang satu peluang untuk memperbaiki status kepegawaian dan pendapatannya hanya karena dia telah menyia-nyiakan waktu untuk belajar lebih banyak. Namun mudah-mudahan saja kegagalannya ini menjadi awal mula baginya untuk bisa belajar lebih baik. Belajar untuk mengerti bahwa proses belajar tidak boleh berhenti karena saat ini sudah menjadi pegawai dan sudah lulus kuliah, belajar untuk menjawab bahwa “saya tidak mengerti” daripada memberikan jawaban yang dikarang-karang padahal salah. Beruntunglah kita bila menjadi orang yang merasa bodoh sehingga merasa perlu terus belajar dari pada orang yang merasa pintar tapi tidak tahu apa-apa.

Bye-bye and have a nice week end! (by Sutedja)

Thursday, February 12, 2009

LUPA !


Celaka, saya sudah terkena penyakit lupa ternyata! Padahal usia saya sekarang baru mau menjelang 38 tahun. Banyak yang saya lupa dalam kegiatan yang saya lakukan sehari-hari. Misalnya beberapa hari yang lalu saya kena tegur atasan saya karena lupa menanda tangani promosi kenaikan gaji anak buah saya yang baru diangkat menjadi supervisor, padahal atasannya yang juga anak buah saya sudah menyiapkan surat promosi ini sejak sebelum saya berangkat menunaikan ibadah haji bulan Nopember tahun lalu.

Pagi ini saya kembali lupa dengan nama salah satu kawan kita setelah Richard mengirimkan photo yang diambil saat kita melakukan Kuliah Kerja Lapangan pada tahun 1992 di Bandung. Berkali-kali saya amati photo tersebut dan mencoba untuk menyebutkan satu persatu nama kawan-kawan yang ada dalam photo ini dengan harapan akan ingat namanya, tetapi tidak juga berhasil. Saya benar-benar lupa siapa nama kawan kita tersebut.

Sebenarnya banyak saran yang sudah saya coba untuk mengatasi penyakit lupa ini dengan harapan ingatan saya kembali kuat, baik saran dari kawan-kawan maupun dari buku dan artikel yang saya dapat. Kadang kala berhasil, tetapi lebih sering belum berhasil. Sehingga seringkali saya melupakan sesuatu yang mestinya segera saya kerjakan. Namun anehnya, setiap menjelang tanggal 1 April saya tidak pernah lupa untuk mengingatkan atasan saya untuk memasukkan nama saya kedalam daftar karyawan yang gajinya perlu dinaikkan, kalau perlu diberi desparity sekalian.

Ketidak lupaan ini juga bisa terjadi kalau ada yang menghutang uang dengan saya. Walaupun sudah bertahun-tahun tetap saja saya akan ingat siapa yang berhutang, sejumlah berapa dan tanggal berapa dia mulai menghutang. Jadi kalau kawan-kawan ada yang berhutang dengan saya tapi tidak pernah ditagih, itu bukan karena saya lupa, itu hanya karena saya memberi perpanjangan waktu saja ..he..he...

Kembali kephoto, jangan-jangan mungkin bukan hanya nama dia saja yang saya lupa, mungkin masih ada nama kawan yang lain juga. Wah, memalukan sekali bila suatu saat kami berjumpa saya tidak ingat untuk menyebut namanya, bisa-bisa saya dikira sombong, angkuh, congkak atau sok. Gawat !

Apakah kawan-kawan ada yang bisa membantu mengingatkan nama teman kita yang duduk di depan Firdaus? Atau yang mengirimkan photo ini kesaya mungkin masih ingat siapa nama teman kita itu? Lho..yang ngirim photo ini siapa ya? Kok saya lupa .... (by Sutedja)

Wednesday, February 11, 2009

KUCING SIALAN !

Kucing dalam judul cerita di atas bukanlah kucing dalam arti sebenarnya. Bukan kucing yang berkaki empat yang kadang menggemaskan tetapi lebih sering lagi menjengkelkan bagi saya. Bukan kucing yang suka bermanis-manis dihadapan kita kemudian mencuri ikan saat kita lengah. Kucing ini juga bukan turunan persia yang berbulu panjang dan lebat atau turunan angora yang kelihatan anggun.

Kucing disini adalah Harry. Kawan satu angkatan kita. Harry yang dulu saat kuliah selalu telat datang karena sibuk menyiapkan jualan otak-otak dan pempek punya Aji, seorang janda keterunan China beranak tiga yang tinggal di pasar Cinde.

Setelah kuliah selesai dan bertemu di Jakarta sekitar tahun 1999 di Hotel Sahid Jaya, ada sesuatu yang ganjil yang aku lihat dari kartu nama yang diberikannya. Harry Cadine ! Ya, Harry yang saat kuliah dulu hanya bernama Harry, sekarang menempelkan Cadine di belakang namanya. Aku tidak tahu dari mana asalnya nama ini karena malas untuk bertanya. Mungkin nama ini diambilnya dari nama bapaknya, atau dari nama bintang film yang baru ditontonnya atau mungkin juga direka-reka supaya kelihatan keren.

Saat kami makan malam di kamar hotel, ternyata nafsu makannya belum juga berubah, masih sama seperti masih kuliah dulu. Satu porsi besar steak dan kentang belumlah cukup untuk mengisi perutnya, 3 jam kemudian harus ditambah dengan satu mangkok besar sop buntut dan sepiring nasi. Celananya yang dulu berukuran 34 mungkin sudah berukuran 38 sekarang. Yang paling menakjubkan adalah pertumbuhan lingkar perutnya, dahsyat men .... (kalau ada diantara kawan-kawan yang setelah selesai kuliah belum pernah bertemu kembali dengan Harry, silahkan lihat patung Budha di Kelenteng ... 95% mirip .. he..he..).

Sampai saat ini saya belum tahu kenapa saat kuliah dulu Harry di panggil Kucing atau Harry Kucing. Namun nama ini memang jauh lebih populer dari pada nama aslinya. Awalnya Harry memang tidak suka, namun lama –kelamaan kelihatannya dia suka juga.
Kucing sialan! Ya, Harry memang benar-benar sialan termasuk juga Henry. Sialan yang memang benar-benar sialan. Sialan yang membuat saya harus menggambar ulang tugas akhir saya dari awal kembali padahal saat itu sudah 80% selesai. Gambar tugas akhir yang sudah saya kerjakan selama 3 hari 3 malam musnah seketika saat saya meminta bantuan mereka untuk melanjutkannya karena saya sudah kecapaian dan tertidur.

Wah, sebal sekali! Lebih sebalnya lagi bahwa gambar tersebut rusak karena tertumpah kuah soto yang saya belikan sebagai sogokan supaya mereka mau membantu menyelesaikan gambar tersebut. Sogokan yang membawa bencana, atau mereka berdualah sebenarnya pembawa bencana bagi saya? Celakanya, saya baru tahu bahwa gambar tersebut rusak setelah saya bangun dari tidur dan mendapati mereka berdua sudah pulang tanpa pamit. Alamak ....

Ha..ha... kejadian menyebalkan tersebut sekarang menjadi kenangan yang indah. Kejadian yang bisa menjadi bahan tertawa saat kumpul bersama kawan-kawan. Sudah puluhan kali cerita ini disampaikan saat kita bertemu, baik oleh saya, Harry maupun oleh Henry. Tapi tidak pernah bosan dan kita selalu kembali tertawa. Mentertawakan kelakukan kita saat masih kuliah.

Sampai sekarang sudah tentu Harry masih suka kita panggil Kucing. Tapi dengan embel-embel yang baru pula “boss Harry Kucing”. Embel-embel baru yang didapatkan seiring dengan pertumbuhan lingkar perutnya yang semakin maju ke depan. (by Sutedja).

Tuesday, February 10, 2009

LOWONGAN KERJA

Diperusahaan tempat kerja saya sekarang ternyata masih membutuhkan tenaga kerja untuk mengisi posisi yang lowong. Ada berbagai macam posisi yang lowong yang sampai saat ini belum juga terisi setelah ditinggal oleh yang menjabat sebelumnya. Ada yang lowong sejak 2 tahun yang lalu, ada yang lowong sejak 1 tahun yang lalu, ada yang baru enam bulan, empat bulan dan bahkan ada yang baru lowong seminggu yang lalu.
Posisi ini menjadi lowong karena ada banyak sebab. Ada yang karena penjabat sebelumnya pensiun, ada yang pindah ke department lain, ada yang dibajak perusahaan lain dan ada juga yang mengundurkan diri karena ingin mengurus business pribadinya. Pokoknya banyak sebab.

Di dua perusahaan tempat saya bekerja sebelumnya juga saya dengar masih banyak posisi yang lowong. Belum ada yang mengisi. Termasuk posisi yang saya tinggalkanpun ternyata belum ada yang menggantikannya.

Kalau saya baca dari media, tingkat pengangguran di Indonesia sebenarnya cukup tinggi. Namun kalau saya lihat dengan kenyataan yang ada akan terasa agak sedikit aneh karena ternyata masih banyak posisi yang lowong di banyak perusahaan. Kok bisa tidak klop dan saling mengisi ya?

Menurut saya ada satu hal dasar yang membuat tidak terisinya posisi yang lowong tersebut, menjadi seolah tidak ada hubungannya antara angka pengangguran dan kesempatan kerja.

Yang pertama bisa diumpamakan seperti tidak akan bisa terjadi hubungan kasih sayang antara laki-laki dan perempuan kalau tidak ada kecocokan. Artinya kualifikasi pekerjaan yang ada tidak bisa dipenuhi oleh tenaga kerja yang masih menganggur saat ini. Ketidak cocokan ini bisa dikarenakan perbedaan kompetensi yang diinginkan, syarat masa kerja, pengalaman yang dimiliki atau lainnya.

Yang kedua bisa diumpamakan tidak akan terjadi perkawinan antara laki-laki dan perempuan kalau laki-laki tersebut tidak melakukan lamaran. Artinya tidak ada lamaran yang dikirim oleh tenaga kerja yang menganggur ke perusahaan karena mereka sudah merasa takut dengan syarat yang diajukan. Misalnya diminta pengalam kerja minimal 10 tahun, sedangkan pengalaman yang ada baru 8 tahun. Diminta pintar bahasa Inggris tertulis maupun lisan, padahal kemampuan bahasa yang ada saat ini selain bahasa Indonesia hanya bahasa Palembang. Diminta punya kemampuan leader ship yang bagus, padahal apa yang dimaksud dengan leader ship tidak tahu. Diminta punya pengalaman kerja diindustri A, padahal walaupun sekarang kerja diindustri B, toh yang dikerjakan tetap sama-sama benerin mesin rusak.

Yang ketiga bisa diumpamakan tidak akan menikah karena pasangannya kurang cantik atau kurang ganteng. Artinya selalu memilih perusahaan yang dari luar kelahitan bonafit, yang gajinya besar, yang memberikan banyak fasilitas. Yang kalau memberikan training selalu keluar negeri. Yang bisa kasih bonus minimal 4 kali sebulan dan lain-lain. Padahal gadis yang cantik biasanya punya permintaan lebih banyak dari yang kurang cantik, punya biaya maintenance yang lebih besar untuk merawat tubuh dan untuk biaya shooping. Perusahaan besar akan menuntut kita lebih besar, baik dari sisi pengorbanan maupun dari sisi kemampuan. Sedikit dianggap kurang, kita akan mudah terdepak. Belum lagi birokrasinya yang biasanya terlalu bertele-tele. Mau pinjam 3 bulan gaji saja harus menunggu berbulan-bulan.

Yang keempat bisa diumpamakan takut mencari pacar karena tidak pe-de, merasa kurang ganteng, merasa kurang modal atau merasa tidak bisa bersaing dengan laki-laki lain. Tidak mau melakukan usaha karena selalu memikirkan akan gagal. Padahal jauh lebih baik berusaha tapi gagal dari pada tidak berusaha sama sekali, karena tidak berusaha sama sudah pasti sama dengan gagal. Kolonel Sanders saja harus menawarkan racikan fried chickennya sampai ribuan kali sampai bisa diterima oleh satu restorant dan akhirnya berkembang sebesar saat ini. Ingat, diantara beberapa peluang pasti ada peluang yang tersedia untuk kita.

Yang kelima tidak bisa cari pacar karena memang tidak mampu. Tidak bisa merayu, tidak bisa berpantas-pantas, tidak punya uang untuk ngajak nonton dan makan. Nah ini yang paling gawat. Seharusnya kita bisa mempersiapkan diri kita untuk menghadapi segala macam syarat mencari pekerjaan. Kemampuan akademis harus dipertajam, kemampuan interview harus dilatih, sikap dan wibawa harus diperbaiki. Dari kegagalan saya masa kuliah karena sering nyontek menyebabkan 3 kali saya gagal test masuk kerja karena kemampuan akademis saya yang kurang saat itu. Nilai teknikal test saya jelek, belum lagi nilai bahasa Inggrisnya. Menyebutkan gajah dan angka sebelas dalam bahasa Inggris saja tidak ada bedanya. Kacau !

Namun itu jadi pelajaran yang sangat berharga. Untuk memperbaikinya yang pertama saya lakukan adalah segera ikut less bahasa Inggris dengan menetapkan target untuk bisa menjawab pertanyaan pada saat interview. Dan ternyata berhasil ! Saat interview di perusahaan kontraktor Jepang untuk sebuah proyek, saya bisa menjawab pertanyaannya dengan lancar, lebih lancar bahkan daripada bahasa Inggirsnya orang Jepang tersebut (lha, dia bilang plot plan saja ploto plang).

Setelah bekerja di proyek, target saya adalah menguasai system produksi dan peralatan yang ada. Hampir setiap malam saya harus tidur larut karena membaca semua dokument proyek. Namun hasilnya menakjubkan. Saya tercatat satu-satunya orang yang bisa naik gaji sebanyak 4 kali dalam satu tahun. Mereka sangat takut kalau saya keluar sebelum proyek tersebut selesai.

Saat ini, sudah 3 kali saya diundang menjadi pembicara mengenai maintenance untuk tingkat Asia-Pacific. Menggunakan bahasa Inggris tentunya. Kadang saya tertawa sendiri kalau ingat saat ujian yang diadakan pak Petrus, buat contekan tapi tidak mengerti yang mana yang mau dicontek karena saat itu saya benar-benar tidak bisa berbahasa Inggris.

Sebelum bekerja di perusaaan yang sekarang, sudah beberapa kali saya mencoba untuk test di perusahaan lain dengan hasil saya selalu dinyatakan lulus, bahkan ada yang bilang saya over qualified. Dari pengalaman ini saya menyimpulkan bahwa tidak ada manusia yang bodoh, tapi yang ada hanyalah manusia malas dan penakut. Malas untuk melakukan sesuatu dan takut untuk menghadapi kegagalan.

Kembali ke lowongan pekerjaan di perusahaan saya, bila kawan-kawan sudah termotivasi dengan cerita diatas silahkan mengajukan lamaran untuk posisi :
1. Production Manager
2. Mechanical Supervisor
3. QA/QC inspector
4. Rigging/lifting specialist

Syaratnya mudah, hanya perlu lulus test dan punya pengalaman bekerja di oil dan gas ... nah, lho ????

by : Sutedja - 03893150041

LONTONG SAYUR

Saat masa kuliah dulu, tempat makanan favorit saya adalah warung kecil di pinggir jalan di daerah Puncak Sekuning, Bukit Besar. Rumah makan ini terletak diujung jalan yang membelah kuburan penduduk sekitar daerah tersebut. Kuburan yang padat. Kuburan yang terkenal dengan nama yang sama “Puncak Sekuning”.

Saya suka makan di sana bukan karena makanannya enak, tetapi lebih karena harganya yang murah. Maklum saat kuliah uang saku selalu diberi pas-pasan oleh orang tua. Di sana dengan uang 600 rupiah sudah bisa makan sepiring besar lontong plus beberapa potong tempe. Sudah cukup untuk mengganjal perut sampai jadwal makan siang datang.
Saat makan siang, yang lebih sering menemani makan di sana adalah Henry dan Harry.

Teman saya yang dua ini nafsu makannya luar biasa. Satu bakul nasi bisa dihabiskan sendirian saja walaupun lauknya cuma sepotong tempe dan semangkuk sayur. Bagi kami bertiga yang penting nasinya, lauk urusan belakangan. Yang penting murah dan mengenyangkan, sehat urusan belakangan. Kalau sudah masuk perut, biar perut yang mengaturnya ..ha..ha...

Henry inilah yang mengenalkan saya dengan olehraga angkat beban. Berat badan saya yang semula hanya 59 kilo, naik drastis menjadi 71 kilo hanya dalam waktu 3 bulan. Tangan saya yang semula kecil, sekarang kelihatan bendol-bendolnya. Dada yang dulu rata, sekarang sudah seperti dada perempuan abege. Kalau pakai baju, kelihatan sempit dan nge-press bentuk tubuh. Wuihhh..keren...

Tapi gara-gara olahraga ini juga ibu saya sering berteriak histeris karena telor di dalam kulkas cepat sekali habisnya. Sehari saya bisa melahap delapan butir telor. Menurut Henry, Ade Rai malah bisa makan sampai 40 butir telor sehari. Bayangkan kalau pas lagi kentut, bagaimana baunya ...

Sebagai remaja yang baru tumbuh dengan olah raga berat yang jadi pilihan, sudah tentu kami perlu asupan energi yang banyak. Energi inilah yang kami dapatkan dari sebakul nasi, semangkuk sayur dan beberapa potong tempe dari warung makan yang kami beri nama “PCK”, kependekan dari Puncak Sekuning. Belakangan baru saya tahu bahwa nasi ternyata merupakan sumber karbohidrat yang buruk untuk proses pembentukan otot. Pantesan disamping ototnya muncul, perut juga ternyata ikut muncul ...

PINDAH RUMAH (SUTEDJA)

Pada bulan Juni atau July nanti InsyaAllah saya dan keluarga akan pindah ke Bogor dari Palembang. Perpindahan yang sebenarnya sangat saya tidak sukai karena berat rasanya untuk meninggalkan kota tempat saya lahir, dibesarkan, menuntut ilmu, beristri, punya anak, punya rumah dan punya kenyamanan.

Kenyamanan atau perasaan nyaman inilah yang tidak saya dapatkan pada saat saya tinggal di Jakarta tahun 2005 yang lalu. Karena itulah walau baru pindah 8 bulan saja, saya sudah ngotot ke atasan saya supaya dikembalikan lagi bekerja di lapangan. Di samping mengejar uang lapangan sebagai tambahan pendapatan, yang lebih penting lagi bagi saya adalah bisa kembali tinggal di Palembang.

Di Palembang kehidupan begitu mudah dan menyenangkan, apalagi saat saya off atau saat mendapat giliran libur selama 14 hari (jadwal kerja saya 14 hari kerja, 14 hari libur). Bagaimana tidak menyenangkan kalau disaat orang lain sibuk berangkat kerja di pagi hari, saya malah duduk diteras sambil baca koran dan ngopi. Bisa pergi belanja ke mall tanpa terjebak macet. Bisa tidur pada jam 8 pagi sampai waktunya makan siang. Bisa nonton film-film baru dari DVD di dalam kamar sambil makan mpek-mpek. Bisa jemput anak sekolah, dan masih banyak yang bisa saya lakukan.
Di Jakarta? Wah, berangkat kerja harus pagi, paling telat jam 6 kurang seperempat sudah harus meninggalkan rumah. Pulangnya sampai rumah paling cepat jam 6 sore, itupun karena menganut aliran “pat-teng-go”. Jam empat tepat sudah harus go. Tidak peduli masih banyak kerjaan yang harus diselesaikan atau boss ngajak rapat sekalipun. Pokoknya jam 4 tepat harus go.

Nah, karena ingin mendapatkan suasana kerja yang baru dan pendapatan yang baru tentunya, saya pindah ke perusahaan lain. Di perusahaan ini saya tidak diizinkan lagi tinggal di Palembang dengan alasan akan ada banyak meeting saat saya sedang off, akan ada banyak pekerjaan yang hanya bisa diselesaikan di kantor Jakarta, akan ada bla..bla...

Yah, akhirnya saya mengalah dan harus pindah kembali untuk mendekat dengan Jakarta, suatu hal yang saya sebenarnya tidak suka.

Mencari rumah ternyata tidak mudah, butuh waktu yang lama dan perlu melibatkan keluarga supaya mereka tidak kecewa. Alhasil, butuh waktu 3 kali membawa keluarga melakukan pencarian rumah. Disamping melelahkan, sudah pasti menghabiskan dana yang lumayan besar untuk biaya menginap dan transportasi.

Alhamdulillah, sekarang rumahnya sudah dapat. Rumah yang terletak di perumahan Bogor Nirwana Residance, Cluster Tirtanirwana No.53. Mudah-mudahan rumah ini bermanfaat bagi kami, rumah yang membawa barokah, rumah yang diredhoi, rumah yang dirahmati dan tempat mempersatukan keluarga kami. Amin.

Nah, kalau kawan-kawan ada waktu saat kami sudah pindah nanti, dengan senang hati saya tawarkan untuk bersilaturahmi dan bertukar cerita. Tentunya sambil menikmati mpek-mpek dan tekwan buatan istri saya. Hmmmm ..... sampai bertemu.

Monday, February 9, 2009

MEMILIH KAMERA DIGITAL


Saat ini kamera digital bukan merupakan suatu barang langka yang wah lagi. Beda dengan saat pertama kali saya melihat kamera tersebut pada tahun 1997 saat bekerja di Proyek Pembangunan Corridor Block Gas Project milik Asamera di kecamatan Bayung Lencir – Muba. Sekitar bulan Agustus tahun tersebut, boss saya yang orang Jepang kembali masuk kerja setelah cuti selama satu bulan untuk pulang ke Jepang. Saat kembali masuk kerja itulah disamping dia membawa majalah dewasa untuk kawan-kawannya yang telah lama tidak pulang, dia juga membawa kamera digital. Kamera yang entah saya lupa mereknya itu masih menggunakan internal memory untuk menyimpan data gambar, baru kemudian ditransfer ke komputer. Hasil gambarnya cukup menakjubkan untuk ukuran saat itu, walaupun resolusinya hanya sekitar 1,4 mega pixel. Maklum saat itu masih dominan menggunakan kamera analog. Sehingga saat melihat kamera yang gambarnya bisa preview langsung di komputer menjadi takjub.

Salah satu tugas saya saat itu adalah mengambil photo progress pekerjaan untuk dijadikan laporan proyek. Setiap akhir bulan saya keliling ke empat lokasi proyek untuk mendapatkan photo-photo ini. Harapan saya, boss saya akan meminjamkan kamera digitalnya untuk saya gunakan. Wah, pasti keren kalau saya cerita sama pacar (sekarang sudah jadi istri saya) bahwa saya menggunakan kamera digital. Ingat kawan, seperti tulisan saya diatas bahwa ini barang langka lho, new technologi, barang mahal karena dibawa langsung dari Jepang dan oleh orang Jepang pula (walaupun Jepangnya termasuk yang dekil).

Eh, ternyata harapan saya meleset. Saya disuruhnya tetap menggunakan kamera saku analog merk Nikon. Kamera digitalnya tetap dia pakai sendiri walaupun sumpah mati hasil photo saya jauh lebih bagus dari photonya.

Delapan tahun kemudian ternyata perkembangan kamera ini terasa begitu cepat. Dari yang resolusinya 1,4 MP melesat menjadi 8 MP, bahkan sudah ada yang 24 MP yang diluncurkan akhir tahun kemarin. Dari SLR sampai ke prosumer, bahkan handphone saja sudah dilengkapi dengan kamera digital dengan resolusi sampai 8 MP. Zaman sekarang kalau tidak punya kamera digital terasa seperti kuda gigit besi alias ketingggalan zaman.

Kalau saat ini memang belum punya dan ingin membeli kamera digital, bagaimana cara memilihnya?
Ada beberapa tips yang bisa dijadikan panduan dalam memilih kamera digital bagi kawan-kawan sekalian seperti dibawah ini :

1. Tentukan dulu kamera digital ini kan diperlukan untuk apa. Kalau hanya untuk dokumentasi keluarga, disimpan dalam komputer saja atau akan dicetak hanya seukuran 4R, lebih banyak digunakan dalam kondisi yang bagaimana? Low ligh atau normal light? Nah kalau sudah tahu akan lebih banyak digunakan untuk apa baru kita bisa menentukan pilihan. DSLR pada umumnya punya kemampuan merekam gambar yang baik karena ukuran sensornya lebih besar dari kamera prosumer (pocket camera). Jadi kalau punya kamera prosumer 10 MP jangan bangga dulu, karena hasilnya tidak akan lebih baik dari kamera DSLR yang hanya 6 MP. Ingat sebagian besar kamera prosumer ada interpolasi pixel, sehingga kalau dicetak besar gambarnya kelihatan pecah-pecah. Jadi kalau hanya untuk dokumentasi keluarga pilih saja kamera prosumer yang harganya mulai dari 1,4jt – 4jt-an.

2. Tentukan lagi hobby kita motret apa? Kalau hobbinya motret artis mandi, yah sudah pasti diperlukan kamera dengan lensa panjang (tele lens) supaya tidak ketahuan. Tapi kalau hobbinya motret alam maka diperlukan kamera dengan lensa pendek (wide lens). Memotret artis mandi dengan lensa wide akan membuat gambarnya menjadi distorsi sehingga ada bagian tubuh yang tidak perlu besar malah kelihatan membesar, disamping bisa kena gampar artis yang bersangkutan.

3. Apakah ini hanya hobbi atau mau dijadikan bisnis? Kalau hanya menyalurkan hobbi dan punya uang terbatas, kamera prosumer sudah cukup. Tapi kalau mau dijadikan lahan untuk cari uang ya harus beli kamera DSLR. Di samping hasilnya akan lebih bagus karena gambarnya tidak pecah kalau dicetak besar, juga supaya konsumen percaya kalau kita motret dengan serius, atau juga supaya kelihatan seperti photographer profesional (walaupun mungkin saja photonya tetap jelek juga..he..he..)

4. Apakah kamera ini untuk investasi atau untuk digunakan sehari-hari? Kalau untuk investasi sebaiknya membeli emas, tanah atau rumah karena harganya tidak mungkin turun. Kalau untuk digunakan motret ya beli kamera karena emas, tanah dan rumah bukan merupakan alat potret sehingga tidak bisa menghasilkan gambar.

5. Merk apa? Saat ini hampir semua kamera yang ada memiliki kemampuan yang bagus dan setara. Jadi bebas saja memilih merk sesuai dengan kondisi keuangan kita, asal jangan saja memilih merk yang baru terdengar. Usahakan membeli kamera yang memberikan garansi sehingga mudah untuk memperbaiki kalau terjadi kerusakan.

Saran terakhir, sebaiknya jangan percaya dengan para maniak merk kamera yang bilang ini bagus, itu bagus. Ingat pepatah “the man behind the camera” untuk menghasilkan gambar yang berkualitas.

Selamat membeli kamera.

KELUARGA SUTEDJA


Alhamdulillah akhirnya jadi juga blog kita. Mudah-mudahan ini bisa menjadi wadah komunikasi bagi kita semua sebagai alumni Teknik Mesin Universitas Sriwijaya angkatan ’89 untuk saling bertukar informasi, kirim kabar, ataupun sekedar mengisi waktu yang kosong dengan bertukar cerita kosong.

Photo ini adalah photo saya dan keluarga. Saya menikah tahuin 1998 pada tanggal 28 Juni. Satu kenangan yang indah yang mendebarkan yang tidak mungkin bisa terlupakan. Bukan hanya kisah pertemuan saya dan istri saja yang menjadi suatu kenangan indah tersebut, tetapi persiapan menikah kami juga menjadi sesuatu yang menegangkan. Bagaimana tidak! Tahun tersebut adalah salah satu tahun yang pahit bagi bangsa Indonesia. Reformasi! Suatu keadaan yang menyebabkan ketidak stabilan harga barang. Stabil menjadi turun pasti tidak masalah, namun ketidak stabilan disini dalam arti sebenarnya semua harga barang melambung tinggi karena terjadi inflasi nilai tukar rupiah terhadap dolar. Bayangkan, pada saat itu 1 US$ hampir 16 ribu rupiah.

Menikah? Ya harus ada pesta, harus ada tukang photonya, harus punya jas dan harus punya cincin kawin setidak-tidaknya. Nah dua yang saya sebut belakangan inilah yang membuat peristiwa persiapan menikah ini menjadi kenangan yang indah saat ini.
Pertama masalah jas yang akan dipakai saat akad nikah. Sebulan sebelum akad nikah saya pergi ke pusat pertokoan Megahria untuk membuat jas. Karena ini perkawinan yang pertama (dan terakhir tentunya), sudah pasti saya memilih untuk menjahit ditempat yang terbaik dengan bahan yang terbaik pula. Mahal? No problem! Sebagai pekerja proyek di perusahaan asing dengan jabatan yang lumayan, uang tidak menjadi masalah saat itu (padahal saat kuliah, kalau makan pagi dan siang cukup dengan lontong tempe di Puncak Sekuning). Yang penting saat akad nikah nanti terlihat keren dan gagah, kalau perlu semua gadis-gadis yang hadir saat itu pada naksir semua ..he..he...
Setelah selesai mengukur jas, dijanjikan jasnya akan selesai dalam waktu 3 minggu. Artinya 1 minggu sebelum akad nikah jas sudah bisa dipantas-pantaskan, sehingga kalau ada yang kurang pantas masih ada waktu untuk memperbaikinya.

Hari demi hari berlalu .... semua aman. Namun kira-kira 3 hari menjelang pengambilan jas tersebut, saya melihat di televisi bahwa pertokoan Megahria terbakar. Alamak, bagaimana dengan jas-ku? Pasca kebakaran semua toko dikawasan pertokoan Megahria masih di beri police line. Wah, bagaimana mencari yang punya toko supaya dapat penggantian?

Alhamdulillah setelah keliling kesana-sini ke penjahit lain, ternyata ada juga yang sanggup menyelesaikan pembuatan jas hanya dalam waktu 1 minggu. Penjahit pinggir jalan yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan, Bang Dul namanya. Harganya? Ha..ha.. hampir separoh dari jas yang ikut terbakar di Megahria. Saat selesai dan dipakai ternyata ..waw, keren juga. Jahitannya rapi dan halus. Kualitas butik tapi harga pinggir jalan.

Yang kedua cincin kawin. Pasca reformasi yang ditandai dengan diserahkannya jabatan presiden dari Suharto ke Habibie, hampir semua toko masih tutup. Penduduk keturunan China yang mayoritas pedagang masih takut untuk menampakkan diri. Sebagian besar dari mereka trauma akibat tindakan brutal penduduk pribumi terhadap mereka.
Akibatnya ya toko emas pada tutup semua. Saya dan istri (calon istri saat itu) tidak tahu lagi mau mencari cincin emas kemana. Issue lain ada yang mengatakan emas tidak bisa dijual saat ini karena harganya tidak stabil, sehingga mereka takut rugi. Gawat!
Namun seperti biasa kalau kita percaya “bahwa dibalik kesusahan pasti ada kemudahan. Dan sesungguhnya dibalik kesusahan pasti ada kemudahan.” Pasti ada bantuan yang datang. Dan Alhamdullilah, kenalan istri saya bersedia untuk membantu menyediakan cincin emas tersebut yang walaupun ternyata kadar karatnya tidak sama, dan ukuran cincin yang harus saya kenakan kekecilan sehingga harus diminyakin terlebih dahulu pada saat acara saling pakai cincin setelah acara akad nikah. Bersyukurnya lagi ternyata setelah harga emas stabil, kami diperbolehkan untuk menukarnya dengan cincin kawin yang lebih baik.

Kembali ke photo, saya perkenalkan istri saya bernama Juliana Dewi Kartikawati, alumni Sipil Universitas Sriwijaya Angkatan ’91. Kami sama sekali tidak pernah saling mengenal disaat kuliah. Perkenalan baru terjadi saat sama-sama kerja ditengah hutan saat proyek pembangunan Corridor Blok Gas Project milik Asamera di desa Grissik kecamatan Bayung Lencir – Muba. Anak saya yang pertama lahir di Palembang, 25Februari 2000, namanya Frinandya Dewi Saputra. Yang kedua lahir di Palembang, 08 Juli 2002, namanya Anandya Dewi Saputra. Saat yang menegangkan karena menjelang kelahirannya saya masih berada di Amerika. Dan yang terakhir bernama Muhammad Rafif Deka Saputra, lahir di Jakarta pada tanggal 07 Juli 2005.

InysaAllah kami dijadikan keluarga yang sakinah, mawadah warahmah. Amin.