Tuesday, June 28, 2011

13th WEDDING ANNIVERSARY

Hari ini hari ulang tahun pernikahan kami. Jam enam tadi pagi saat hand phoneku sudah menyala sesaat setelah dicharge, aku melihat pesan yang dikirim istriku pada jam 00:16 melalui BeBeEm yang berbunyi ” Selamat hari ulang tahun perkawinan sayangku, belahan jiwaku.... Semoga rumah tangga kita sakinah mawaddah warrahmah, selalu penuh gelora cinta, kemesraan dan kesetiaan. Maafkan bila sebagai istri Neng masih banyak kekurangan, mudah-mudahan kedepannya kita selalu seiring sejalan, saling melengkapi, saling menjaga dan mencintai apa adanya. Neng ingin selalu di dekat Akang jiwa dan raga, mudah-mudahan Allah SWT mempersatukan kita dunia akhirat. Aamiin...

Aku jadi teringat kembali saat kami menikah 13 tahuh yang lalu, pada tanggal 28 Juni 1998. Aku yang saat itu masih berusia 27 tahun terlihat gagah dengan jas berwarna coklat, sedangkan istriku yang hampir berusia 26 tahun terlihat cantik dengan baju pengantinnya yang berwarna gading. Masa pacaran kami tidaklah lama, hanya sembilan bulan saja. Bila dihitung sejak kami berkenalan, hanya sepuluh bulan saja. Namun bagi kami cukuplah masa perkenalan yang 9 atau 10 bulan itu untuk menuju ke kehidupan yang baru dalam ikatan sebagai suami-istri.

Kami berkenalan saat masih sama-sama bekerja pada perusahaan kontraktor yang sedang mengerjakan pembangunan Corridor Block Gas Project milik perusahaan minyak Asamera di desa Grissik kecamatan Bayung Lencir – Musi Banyuasin. Aku bekerja pada perusahaan yang menjadi main contractornya sedangkan istriku bekerja pada perusahaan sub contractornya yang mengerjakan pekerjaan site development, civil dan konstruksi. Kami bisa berkenalan karena sore itu dia diajak oleh seorang temannya yang mengantarkan laporan kepadaku.

Sebenarnya istriku dan aku, sama-sama lulusan satu universitas dan dari fakultas yang sama namun berbeda jurusan saja. Aku dari teknik Mesin dan istriku dari teknik Sipil. Namun walaupun saat kuliah kami menggunakan gedung yang sama, anehnya kami tidak pernah saling mengenal. Entah karena saat itu aku masih banyak cewek yang mau dipilih atau bisa juga karena istriku tidak pernah tertarik dengan seorang lelaki yang jarang masuk kuliah, berkulit gelap, tidak menarik dan suka membuat keonaran serta tidak pernah punya Indeks Prestasi yang bagus.

Proses berkenalan sampai kami pacaran sangat singkat, hanya kurang dari satu bulan saja. Istriku terkejut juga saat aku bilang ingin mengajaknya pacaran padahal perkenalan kami belum juga memasuki usia satu bulan. Tapi aku cuek saja sambil mengatakan bahwa tidak ada waktu untuk berlama-lama, kalau mau ya syukur tetapi kalau tidak mau aku akan pergi minta bantuan dukun. Alhamdulillah ternyata aku diterima juga jadi pacarnya walau menurutnya dia harus sholat istighoroh dulu selama 7 hari. Sialan ! mau diajak hidup bahagia kok kurang percaya sih ! hehehe...

Aku masih ingat, seringkali aku membaca surat-surat cinta yang dikirimnya diatas tower yang tinggi. Terkadang diatas flare stack yang tingginya lebih kurang 60 meter, atau terkadang diatas tower amine regeneration yang tingginya sekitar 30 meter, sambil mengawasi para pekerja yang sedang bekerja di situ. Aku juga memberitahu dengan membalas suratnya bahwa surat cinta tersebut kubaca ditempat yang tinggi, kadang kala aku lengkapi dengan sketsa supaya dia bisa membayangkan disebelah mana aku saat itu. Aku berharap bahwa cinta kami memiliki cita-cita yang tinggi, melebihi tingginya tower-tower tersebut.

Persiapan menikah tidak semudah yang kami bayangkan, apalagi saat itu baru saja terjadi kerusuhan dimana-mana karena rakyat dan mahasiswa menginginkan presiden Soeharto turun. Toko-toko banyak yang dibakar, orang-orang China turunan banyak yang jadi korban dan tidak sedikit perempuan turunan China yang diperkosa. (Ini yang aneh, benci tapi kok bisa memperkosa ?). Hampir semua toko-toko tutup dan harga barang-barang menjadi mahal. Nilai tukar rupiah terhadap US dolar sempat merosot tajam menjadi US 1 dolar senilai dengan 16 ribu rupiah.

Emas sulit didapatkan saat itu, hampir semua toko emas tutup atau tidak mau menjual karena harganya yang tidak stabil. Kami bingung, padahal perkawinan kami semakin dekat saja. Alhamdulillah, selalu saja ada kemudahan yang didapatkan. Seorang teman istriku yang kebetulan berjualan emas mau menjualnya kepada kami walaupun dengan harga yang tidak murah untuk ukuran saat itu .

Malam sebelum akad nikah, aku diminta datang kerumah istriku untuk melihat cincin perkawinan tersebut, yang akan kami kenakan besok setelah selesai acara akad nikah dalam acara pemakaian cincin kawin. Aku melihat bentuknya yang tidak bagus serta warnanya yang terlalu merah karena ternyata bukan emas 22 atau 24 karat. Aku kecewa, istriku juga kecewa. Namun menurut temannya hanya inilah cincin yang saat ini dia punya, tetapi nanti akan ditukar lagi kalau emasnya sudah mulai mudah didapatkan.

Namun ternyata ada yang lebih buruk lagi daripada sekedar kadar emas cincin tersebut yaitu ukurannya yang tidak muat dijari manis kananku. Alamak ! Untuk bisa masuk, jari manisku harus diolesi dulu pakai minyak makan. Wadooh...

Urusan jas yang akan kukenakan juga mengalami masalah. Karena ingin terlihat gagah dihari pernikahan dan ditambah lagi aku punya cukup banyak uang, aku memesannya dipenjahit yang terkenal di kota Palembang. Namanya juga menikah untuk satu kali, semuanya harus bagus, harus berbeda. Jangan sampai bentuk dasarku yang sudah tidak bagus menjadi bertambah tidak bagus lagi karena mengenakan jas yang tidak bagus. Pokoknya mahal sedikit tidak masalah, yang penting istriku tidak akan malu kalau dilihat teman-temannya bersuamikan aku karena sudah bisa terlihat sedikit lebih keren dengan jas tersebut. Bila perlu aku juga akan berdoa supaya cewek-cewek yang melihat aku dengan jas tersebut pada naksir semua....hihihi...

Tapi siapa sangka ini kejadian ini bisa terjadi ! Tiga hari menjelang hari pernikahanku alias tiga hari sebelum jas tersebut dikenakan, aku baca dikoran saat masih di lokasi tempat kami bekerja bahwa pertokoan besar dikota Palembang semalam habis dilahap si jago merah. Aku panik karena toko tempat aku menjahit jas nikah tersebut ada di dalam pertokoan yang terbakar itu. Segera aku meminta izin atasanku yang orang Jepang untuk kembali ke Palembang, untuk memastikan bagaimana nasib jas pesananku tersebut. Namun oh, ternyata toko itu sudah rata dengan tanah tanpa ada barang-barang yang tersisa sedikitpun. Aku menyesal kenapa aku tidak meminta saudaraku saja untuk mengambil jas itu padahal sudah selesai sejak seminggu yang lalu.

Atas informasi kawan akrabku, akhirnya aku menjahit jas pengganti dengan penjahit pinggir jalan didaerah perintis kemerdekaan karena waktunya yang sudah semakin dekat. Kang Doel, nama penjahit tersebut menyanggupi akan menyelesaikannya dalam waktu 2 hari supaya masih ada waktu untuk dipantas-pantaskan sebelum dikenakan. Supaya kalau terasa masih ada yang kurang, masih ada waktu untuk diperbaiki.

Tepat 2 hari kemudian jas tersebut sudah selesai dan tergantung rapi. Aku perhatikan jahitannya, kantongnya, bagian dalamnya dan kerahnya sangat bagus dan rapi. Tidak ada kulihat lajur benang jahitan yang miring atau berbelok. Saat aku kenakan ternyata sangat pas dan nyaman. Sungguh sulit dipercaya bahwa kualitas pinggir jalan bisa menyamai kualitas penjahit yang sudah punya nama besar. Yang membedakan hanyalah harganya yang jauh lebih murah, hampir separuh dari jas yang kupesan di pertokoan yang terbakar.

Alhamdulillah ! Saat hari pernikahan kami berjalan lancar, tidak ada keraguan dan kesalahan yang aku ucapkan saat akad nikah. Hanya mengenai cincin kawin masih tetap kekecilan dan jari manisku harus dioleskan minyak makan oleh ibu mertuaku supaya cincin tersebut bisa masuk. Walaupun warna cincin kami tidak sama karena kadar karat emasnya berbeda, namun tetap saja hari ini kami merasa sangat gembira karena telah resmi menjadi sepasang suami istri. Memasuki kehidupan baru yang kami rencanakan sejak memasuki masa berpacaran.

Sekarang kenangan itu telah 13 tahun berlalu, namun tetap saja masih terasa seindah seperti saat kami baru selesai melakukan akad nikah. Istriku masih cantik dan bahkan semakin cantik (maklum dari tahun ke tahun biaya maintenancenya ikut naik menyesuaikan dengan kenaikan gajiku...hehehe..). Dan walaupun sekarang kami sudah memiliki 3 orang anak namun tetap saja kami masih sempat meluangkan waktu berdua supaya cinta kami masih tetap membara. Seringkali saat touring dengan motor besar aku mengajak istriku untuk ikut, atau hampir setiap hari saat aku sedang libur kami pergi ke gym bersama untuk berolahraga, atau juga seringkali kami makan diluar berdua dan bahkan menjemput anak sekolahpun berdua.

Sampai saat ini alhamdulillah belum pernah ada keributan berarti diantara kami karena istriku adalah orang yang sangat sabar dan mengerti kedudukannya sebagai seorang istri. Istriku sangat dekat dengan kedua orang tuaku, saudara-saudaraku serta keponakan-keponakanku. Aku juga bersyukur karena cintanya yang besar kepadaku telah memilihnya untuk meninggalkan pekerjaannya dan memilih menjadi seorang ibu rumah tangga yang punya waktu penuh untuk mengurusi anak-anak kami. Tiada kebahagiaanku saat ini yang bisa melebihi kebahagiaan beristrikan dia. Rasa cinta dan sayangku kini terhadapnya pun melebihi apa yang pernah kurasakan 13 tahun yang lalu.

Walau perjalanan kami mengarungi bahtera rumah tangga masih panjang, namun InsyaAllah bisa kami lalui bersama dengan segala kekurangan yang kami miliki. Semoga Allah akan mengabulkan doa kami agar kami selalu dijadikan pasangan yang saling mencintai, menyayangi dan saling melengkapi. Aamiin.

Kurau, 28 Juni 2011

Teruntuk Juliana Dewi Kartikawati, istriku tercinta.

No comments:

Post a Comment