Hari Rabu tanggal 11 Februari kemarin, saya melakukan interview untuk salah satu kandidate yang akan mengisi posisi facility and construction yang kebetulan akan kosong 2 bulan mendatang karena supervisor yang saat ini menjabat akan memasuki masa purna karya. Sebelum hari interview saya sampaikan bahwa pelaksanaan interview akan dilakukan diruangan saya pada pukul 6 pagi, on time.
On time atau tepat waktu sengaja saya sampaikan untuk melihat salah satu parameter penilaian mengenai commitment. Sebagai seorang supervisor yang akan mengawasi dan mengkoordinir banyak pekerja, commitment menjadi satu hal yang harus ada. Commitment yang akan diimplementasikan dalam banyak hal, misalnya commit untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan schedule, commit untuk coatching sub ordinate supaya terjadi proses regenerasi, commit untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur dan banyak hal lagi yang harus dilakukan berdasarkan commitment.
Jam 5.30 pagi seperti biasa saya sudah berada diruangan kerja, menyiapkan laporan harian department saya untuk dimeetingkan dengan rekan-rekan di kantor Jakarta pada jam 8.30 pagi nanti. Laporan ini biasanya saya buat pada jam 6.00 pagi dan selesai pada jam 6.20, hanya membutuhkan waktu 20 menit karena memang hanya menuliskan sesuatu yang penting saja.
Jam 5.55 pagi, kandidate tersebut mengetuk pintu ruangan saya sambil menyapa “Assalamualaaikum”, suatu sapaan yang sangat saya sukai karena berisi doa yang mendoakan orang yang disapa, sapaan yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk diucapkan bila dua orang muslim bertemu. Alhamdulillah, pagi-pagi begini sudah ada orang yang mendoakan untuk keselamatan dan kesejahteraan saya. 2 point sudah dia dapatkan dari saya. Yang pertama dia datang on time dan yang kedua dia punya etika. Sebelum mempersilahkan duduk, saya amati kandidate yang bernama MS ini. Tubuhnya yang tinggi atletis dan tegap dengan potongan rambut cepak gaya ABRI sebenarnya lebih cocok untuk melamar jadi tenaga security daripada jadi supervisor di facility and construction. Wah, jangan-jangan salah panggil orang nih !
Jam 6 pagi tepat interview dimulai dengan pertanyaan mengenai safety, hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan kerja dan kesadaran akan keselamatan kerja. Ternyata jawaban yang dia berikan sungguh diluar dugaan saya karena sebenarnya saat ini dia sudah bekerja sebagai tenaga inspector di perusahaan ini walaupun masih melalui kontraktor. Dari 2 pertanyaan yang saya ajukan, dia tidak bisa menjawab dengan cukup baik. Jawabannya salah dan terasa di karang-karang. Bagaimana mungkin hal yang berhubungan dengan keselematan kerja, yang sudah ada standard dan aturannya yang populer dengan sebutan “safety standard and procedure” sehingga menjadi panduan resmi bisa di karang-karang seenaknya. Lebih parahnya lagi ternyata selama bekerja disini, satu kalipun dia belum pernah membaca aturan mengenai safety ini walaupun perusahaan telah mewajibkan semua karyawan untuk membaca dan mengerti isi safety and standard procedure tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan berikutnya mengenai leader ship, work planning and organizing, commitment dan knowledge benar-benar tidak bisa dijawabnya dengan baik. Semakin saya mengiyakan jawabannya, semakin bersayap pula jawabannya. Mungkin karena dilihatnya saya sering mengangguk, dikiranya jawaban yang diberikannya adalah benar. Semakin sering saya bilang “ oooo”, semakin bersinar pula pancaran sinar matanya.
Tentu yang paling membuat saya kecewa adalah pengetahuan mengenai pekerjaan yang justru saat ini menjadi tanggung jawabnya. Saya membayangkan bisa saja yang dia kerjakan selama ini tidak benar dan dikarang-karang, bisa saja dia hanya menyalin laporan dari kontraktor tanpa pernah tahu bagaimana memeriksa benar atau tidaknya kemudian melaporkan kembali ke atasannya.
Wah, ternyata dugaan saya MS ini lebih cocok sebagai security ternyata ada benarnya. Benarnya karena memang tenaga security diperusahaan saya tidak dituntut untuk berpikir berat dan mengerti tugas yang lain seperti security di bank yang selalu siap menawarkan bantuan saat kita mau mengisi form penarikan atau setoran tabungan, yang walaupun sebagai security tetapi selalu menyambut customer banknya dengan tersenyum dan ucapan selamat pagi atau selamat siang. Security di perusahaan saya harus berwajah dingin, galak dan betah duduk berjam-jam di pos security supaya tidak ada tamu yang tidak penting bisa masuk kedalam kantor hanya untuk meminta sumbangan atau mencari kerja.
Sayang sekali MS telah membuang satu peluang untuk memperbaiki status kepegawaian dan pendapatannya hanya karena dia telah menyia-nyiakan waktu untuk belajar lebih banyak. Namun mudah-mudahan saja kegagalannya ini menjadi awal mula baginya untuk bisa belajar lebih baik. Belajar untuk mengerti bahwa proses belajar tidak boleh berhenti karena saat ini sudah menjadi pegawai dan sudah lulus kuliah, belajar untuk menjawab bahwa “saya tidak mengerti” daripada memberikan jawaban yang dikarang-karang padahal salah. Beruntunglah kita bila menjadi orang yang merasa bodoh sehingga merasa perlu terus belajar dari pada orang yang merasa pintar tapi tidak tahu apa-apa.
Bye-bye and have a nice week end! (by Sutedja)
On time atau tepat waktu sengaja saya sampaikan untuk melihat salah satu parameter penilaian mengenai commitment. Sebagai seorang supervisor yang akan mengawasi dan mengkoordinir banyak pekerja, commitment menjadi satu hal yang harus ada. Commitment yang akan diimplementasikan dalam banyak hal, misalnya commit untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan schedule, commit untuk coatching sub ordinate supaya terjadi proses regenerasi, commit untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur dan banyak hal lagi yang harus dilakukan berdasarkan commitment.
Jam 5.30 pagi seperti biasa saya sudah berada diruangan kerja, menyiapkan laporan harian department saya untuk dimeetingkan dengan rekan-rekan di kantor Jakarta pada jam 8.30 pagi nanti. Laporan ini biasanya saya buat pada jam 6.00 pagi dan selesai pada jam 6.20, hanya membutuhkan waktu 20 menit karena memang hanya menuliskan sesuatu yang penting saja.
Jam 5.55 pagi, kandidate tersebut mengetuk pintu ruangan saya sambil menyapa “Assalamualaaikum”, suatu sapaan yang sangat saya sukai karena berisi doa yang mendoakan orang yang disapa, sapaan yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk diucapkan bila dua orang muslim bertemu. Alhamdulillah, pagi-pagi begini sudah ada orang yang mendoakan untuk keselamatan dan kesejahteraan saya. 2 point sudah dia dapatkan dari saya. Yang pertama dia datang on time dan yang kedua dia punya etika. Sebelum mempersilahkan duduk, saya amati kandidate yang bernama MS ini. Tubuhnya yang tinggi atletis dan tegap dengan potongan rambut cepak gaya ABRI sebenarnya lebih cocok untuk melamar jadi tenaga security daripada jadi supervisor di facility and construction. Wah, jangan-jangan salah panggil orang nih !
Jam 6 pagi tepat interview dimulai dengan pertanyaan mengenai safety, hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan kerja dan kesadaran akan keselamatan kerja. Ternyata jawaban yang dia berikan sungguh diluar dugaan saya karena sebenarnya saat ini dia sudah bekerja sebagai tenaga inspector di perusahaan ini walaupun masih melalui kontraktor. Dari 2 pertanyaan yang saya ajukan, dia tidak bisa menjawab dengan cukup baik. Jawabannya salah dan terasa di karang-karang. Bagaimana mungkin hal yang berhubungan dengan keselematan kerja, yang sudah ada standard dan aturannya yang populer dengan sebutan “safety standard and procedure” sehingga menjadi panduan resmi bisa di karang-karang seenaknya. Lebih parahnya lagi ternyata selama bekerja disini, satu kalipun dia belum pernah membaca aturan mengenai safety ini walaupun perusahaan telah mewajibkan semua karyawan untuk membaca dan mengerti isi safety and standard procedure tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan berikutnya mengenai leader ship, work planning and organizing, commitment dan knowledge benar-benar tidak bisa dijawabnya dengan baik. Semakin saya mengiyakan jawabannya, semakin bersayap pula jawabannya. Mungkin karena dilihatnya saya sering mengangguk, dikiranya jawaban yang diberikannya adalah benar. Semakin sering saya bilang “ oooo”, semakin bersinar pula pancaran sinar matanya.
Tentu yang paling membuat saya kecewa adalah pengetahuan mengenai pekerjaan yang justru saat ini menjadi tanggung jawabnya. Saya membayangkan bisa saja yang dia kerjakan selama ini tidak benar dan dikarang-karang, bisa saja dia hanya menyalin laporan dari kontraktor tanpa pernah tahu bagaimana memeriksa benar atau tidaknya kemudian melaporkan kembali ke atasannya.
Wah, ternyata dugaan saya MS ini lebih cocok sebagai security ternyata ada benarnya. Benarnya karena memang tenaga security diperusahaan saya tidak dituntut untuk berpikir berat dan mengerti tugas yang lain seperti security di bank yang selalu siap menawarkan bantuan saat kita mau mengisi form penarikan atau setoran tabungan, yang walaupun sebagai security tetapi selalu menyambut customer banknya dengan tersenyum dan ucapan selamat pagi atau selamat siang. Security di perusahaan saya harus berwajah dingin, galak dan betah duduk berjam-jam di pos security supaya tidak ada tamu yang tidak penting bisa masuk kedalam kantor hanya untuk meminta sumbangan atau mencari kerja.
Sayang sekali MS telah membuang satu peluang untuk memperbaiki status kepegawaian dan pendapatannya hanya karena dia telah menyia-nyiakan waktu untuk belajar lebih banyak. Namun mudah-mudahan saja kegagalannya ini menjadi awal mula baginya untuk bisa belajar lebih baik. Belajar untuk mengerti bahwa proses belajar tidak boleh berhenti karena saat ini sudah menjadi pegawai dan sudah lulus kuliah, belajar untuk menjawab bahwa “saya tidak mengerti” daripada memberikan jawaban yang dikarang-karang padahal salah. Beruntunglah kita bila menjadi orang yang merasa bodoh sehingga merasa perlu terus belajar dari pada orang yang merasa pintar tapi tidak tahu apa-apa.
Bye-bye and have a nice week end! (by Sutedja)
No comments:
Post a Comment