Menunggu memang hal yang paling membosankan! Berapa lamapun waktu yang terpakai, tetap saja membosankan. Entah semenit, sejam, sehari apalagi bertahun-tahun. Tetap saja sama, membosankan!
Dan sekarang aku lagi menunggu. Duduk sendirian di bandara menunggu jadwal pesawat yang akan aku tumpangi ke Palembang tiba. Ya, hari ini aku akan kembali ke rumah untuk bertemu anak dan istriku setalah 19 hari meninggalkan mereka. Sungguh melelahkan.
Kejenuhanku sedikit terobati karena barusan Rahmadi menelphone, menanyakan status proposal proyek yang pernah dia berikan padaku. Lumayan untuk mengisi waktu menunggu saat ini, walaupun proyeknya sendiri belum bisa dijalankan karena harga yang ditawarkan masih jauh dari estimasi budget yang tersedia. Entah aku yang salah membuat perhitungan anggaran pekerjaan, atau Rahmadi yang mengajukan harga yang terlalu mahal. Diakhir pembicaraan dia meminta alamat blog tm-unsri89.
Sekarang aku mengeluarkan laptop, mirip gayanya Tukul saat memandu acara (bukan) empat mata. Mungkin saja ada sesuatu yang bisa aku tulis. Entah mengenai pekerjaan, membuat presentasi, merevisi program kerja, atau sekadar tulisan ringan utuk mengisi blog kita.
Belum ada hurup yang aku ketik saat kemudian handphone ku berdering lagi. Kali ini dari teman lamaku yang baru saja mengundurkan diri dari tempat kerjanya. Teman yang baru saja semalam tidur bersamaku di hotel, mas Slamet. Ya, semalam dia menceritakan alasan pengunduran dirinya. Menceritakan bahwa dia sudah bosan menunggu karirnya yang belum juga bergerak ke atas lagi setelah menerima promosi dariku ditahun 2004 yang lalu. Bosan menunggu janji untuk dioverseas-kan yang sampai hari ini belum juga terealiasi (rasanya memang mana mungkin bisa overseas kalau bahasa Inggrisnya saja belum sepasih bahasa Jawanya).
Aku kembali meletakkan jariku diatas tuts lap top mungilku sambil menanti ide yang mungkin akan datang...semenit, dua menit,..lima menit...10 menit...sialan, belum ada juga ide yang datang.
Aku membayangkan bagaimana mungkin ada seorang yang bisa bersabar menunggu nasib sedemikian lama, bahkan yang belum tahu kapan berakhirnya mas menunggu. Orang yang dipenjara misalnya, berapa lama mereka menghitung hari menunggu masa pembebasan. Orang yang belum mendapat kerja, berapa lama mereka menunggu surat panggilan kerja datang. Orang yang dijanjikan mau dipromosikan, berapa lama mereka merasa waktu menduduki jabatan baru akan datang.
Namun aku menyadari bahwa kita semua memang sedang menunggu, menunggu datangnya waktu kematian. Dan nanti setelah berada di dalam kubur kita masih akan menunggu waktu dibangkitkan, kemudian menunggu masa hisab amal perbuatan kita, setelah itu kalau banyak dosa akan menunggu lagi ditempat pembalasan sambil merasakan betapa dahsyatnya siksaan itu, sebelum mungkin pada akhirnya akan dimasukan ke dalam tempat yang teramat indah – Miftahul Jannah.
Beruntunglah kita yang bisa memanfaatkan waktu menunggu ini dengan sebaik-baiknya, mengisinya dengan waktu yang bermanfaat. Mengisi bekal untuk perjalanan yang teramat jauh, yang pasti akan membutuhkan jumlah yang banyak, bekal yang bukan berupa makanan dan minuman, bekal yang tidak akan mengenyangkan lahiriah kita.
Nah, pramugari-pramugari yang muda dan cantik sudah lewat didepan saya. Jalannya berlenggak-lenggok kayak itik yang mau nelor. Mungkin 20 menit lagi pesawat yang saya tumpangi akan segera diberangkatkan. Akhirnya waktu menunggu saya dibandara selesai sudah, namun tidak ada tulisan yang berhasil saya selesaikan kali ini. Waktu menunggu yang berlalu sia-sia. (by Sutedja)
Keep on blogging, honey!
ReplyDeleteTest.
ReplyDelete